SinarPost.com – Situasi Timur Tengah kini semakin memanas setelah pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Ibukota Iran, Teheran, serta seorang komandan Hizbullah di Lebanon oleh Israel beberapa waktu lalu.
Iran yang yang tidak terima wilayahnya menjadi agresi Israel dalam membunuh pemimpin Hamas, berjanji akan membalas dendam menyerang Israel. Namun ancaman serangan Iran ini langsung mendapat respon dari Amerika Serikat (AS) yang merupakan pelindung dan pendukung utama Israel secara ekonomi dan militer.
AS kini telah mengerahkan armada kapal perang tambahan ke Timur Tengah untuk melindungi Israel dari ancaman Iran. Pengerahan armada perang tambahan terdiri dari armada kapal induk, kapal penjelajah rudal, hingga skuadron jet tempur siluman F-22 Raptor.
Pengerahan tambahan armada perang AS dalam skala besar ini menjadi sinyal jelas bahwa AS akan bertindak membela Israel dari ancaman Iran. Ini juga menjadi sinyal jika Iran menyerang Israel, maka negara Persia itu juga akan berhadapan dengan AS.
Menyikapi situasi tersebut, Anggota Kongres AS Thomas Massie meminta warga Amerika untuk mendesak Presiden AS Joe Biden dan pemerintahannya untuk menghindari memicu konflik serius dengan Iran di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
“Biden dan negara ingin menyeret kita ke dalam konflik serius dengan Iran. Kita harus mengatakan tidak kepada mereka,” kata Massie di akun X (sebelumnya Twitter), sebagaimana dikutip Sputnik, Minggu (11/8/2024).
AS telah meningkatkan kehadiran militernya di Timur Tengah, termasuk mengerahkan jet tempur F-22 Raptor tambahan, di tengah ketegangan antara Iran dan Israel.
Pada hari Kamis, seorang pejabat senior Pemerintah AS mengatakan bahwa konsekuensi serangan langsung Iran terhadap Israel akan sangat signifikan.
Namun, Massie menyertakan meme dalam pernyataannya, yang bercanda bahwa AS harus menyelesaikan penanganan keterlibatannya dalam konflik Ukraina sebelum terlibat dalam konflik dengan Iran. “Anda harus menghabisi Ukraina sebelum Anda dapat memiliki Iran,” kata meme tersebut.
Bulan lalu, sebuah komisi Strategi Pertahanan Nasional AS yang dibentuk oleh Kongres menemukan bahwa AS berisiko kalah jika terjadi banyak konflik dengan musuh yang setara dan hampir setara.