SinarPost.com – Pemerintah Jerman telah memberikan lampu hijau untuk pengiriman senjata berat ke Ukraina, termasuk senjata anti-pesawat self-propelled. Demikian Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan pada Selasa (26/4/2022).
Berbicara pada pembicaraan pertahanan yang diselenggarakan AS di pangkalan udara Amerika Ramstein di negara bagian Rhineland-Palatinate Jerman, Lambrecht mengatakan bahwa kepemimpinan di Berlin membuat keputusan pada hari Senin.
Dia menekankan bahwa Jerman bertekad untuk membantu rakyat Ukraina dengan tekad yang bersatu dalam keadaan darurat yang ada ini.
Menteri menjelaskan bahwa Ukraina akan memesan perangkat keras dari pabrikan Jerman dan Jerman akan membayar. Berlin akan mengalokasikan sekitar 2 miliar euro untuk tujuan itu, tambah Lambrecht.
Kendaraan lapis baja yang dimaksud adalah senjata anti-pesawat self-propelled Gepard, yang dinonaktifkan oleh militer Jerman pada tahun 2010. Dirancang untuk menghancurkan rudal jelajah dan pesawat, Gepards juga dapat digunakan melawan target di darat.
Sebanyak 50 kendaraan berat dilaporkan bisa dikirim ke Ukraina. Perusahaan pertahanan Krauss-Maffei Wegmann sekarang akan memperbarui peralatan sebelum mentransfernya ke Kiev, kantor berita Jerman melaporkan. Namun, tidak diketahui kapan tepatnya Ukraina akan mendapat pengiriman sistem anti-pesawat itu.
Lambrecht juga mengumumkan bahwa Berlin telah memulai skema pertukaran dengan mitra di Eropa timur yang memastikan bahwa Ukraina dengan cepat memperoleh persenjataan berat yang tidak memerlukan pelatihan yang lama. Tapi, menurut menteri, Jerman bisa berbuat lebih banyak dalam hal ini.
Selain itu, Berlin akan bekerja sama dengan AS dan Belanda dalam hal memberikan pelatihan kepada pasukan Ukraina di tanah Jerman dalam penggunaan berbagai sistem artileri.
Lambrecht membuat pengumuman selama pertemuan para menteri pertahanan dari 40 negara yang diselenggarakan oleh Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada hari Selasa.
Di sisi lain Moskow telah berulang kali mengutuk pasokan senjata NATO ke Kiev, dengan mengatakan mereka hanya mengacaukan situasi di lapangan dan menghambat prospek perdamaian. Ia juga memperingatkan bahwa setiap pengiriman peralatan akan dianggap sebagai target militer yang sah bagi pasukan Rusia begitu mereka menyeberang ke wilayah Ukraina.
[Sumber : Russia Today]