SinarPost.com – Amerika Serikat (AS) kini tengah mendata negara-negara sekutunya di seluruh dunia yang memiliki sistem pertahanan udara S-300 era Soviet. Nantinya rudal canggih itu akan dikirim ke Ukraina untuk mendukung tentara Ukraina dalam melawan serangan Rusia.
Menurut laporan CNN sebagaimana dilansir Russia Today, Selasa (15/3/2022), AS saat ini tengah menyusun berbagai opsi untuk memasok Ukraina dengan senjata yang lebih berat untuk melawan Rusia.
Pekan lalu, rencana pengiriman jet tempur MiG-29 dari Polandia ke Ukraina terhenti setelah Washington menolak untuk bertindak sebagai perantara dalam proses tersebut.
Gedung Putih semakin ditekan oleh Kongres, yang menuntut Washington memasok senjata berat ke Kiev di tengah aksi militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina, lapor CNN yang mengutip beberapa sumber yang tidak disebutkan namanya.
“Departemen Luar Negeri (AS) telah bekerja untuk mengidentifikasi negara mana yang saat ini memiliki sistem pertahanan udara S-300 buatan Soviet dan sedang memeriksa bagaimana mereka dapat ditransfer ke Ukraina,” CNN melaporkan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah berulang kali meminta negara-negara barat untuk memberlakukan zona larangan terbang di atas Ukraina atau memberi Ukraina pesawat militer dan sistem pertahanan udara saat negara itu semakin tertekan akibat serangan besar-besaran dari pasukan Rusia.
Seorang pembantu Senat dari Partai Republik mengatakan kepada CNN bahwa anggota parlemen harus mendesak”Gedung Putih untuk mengidentifikasi sekutu dan mitra tidak hanya di Eropa tetapi di seluruh dunia yang dapat menyerahkan S-300 atau sistem pertahanan udara canggih lainnya ke Ukraina dengan imbalan AS mengisi ulang kemampuan mereka sendiri dengan senjata buatan AS.
Washington pada awalnya berjuang dengan gagasan tentang perlunya mengisi kembali beberapa kemampuan pertahanan negara lain dengan imbalan bantuan militer ke Ukraina. Namun, menurut CNN, itu bukan masalah sekarang, karena Kongres meloloskan tagihan pengeluaran $ 1,5 triliun minggu lalu. RUU itu secara khusus mencakup 13 miliar dolar AS yang ditujukan untuk merespon terhadap tindakan Rusia di Ukraina.
Anggota parlemen AS juga tampaknya semakin mendukung gagasan untuk memasok Ukraina dengan sistem pertahanan udara daripada pesawat tempur, karena rencana untuk mengirim jet MiG-29 buatan Soviet ke Ukraina telah terhenti akibat kekhawatiran Washington akan terlibat konfrontasi langsung dengan Moskow.
Sumber-sumber yang mengetahui status pengiriman senjata Amerika ke Ukraina mengatakan kepada CNN bahwa sebagian besar senjata yang disetujui untuk Ukraina sebagai bagian dari paket US$350 juta yang diberikan Washington pada akhir Februari telah dikirimkan.
Selama akhir pekan, pemerintahan Biden juga menyetujui paket tambahan senilai $200 juta ke Ukraina, termasuk rudal anti-armor Javelin dan rudal permukaan-ke-udara Stinger, outlet media itu menambahkan.
Namun, beberapa sumber juga mengakui kepada CNN bahwa NATO memiliki kekhawatiran tentang berapa banyak senjata yang sampai ke tangan tentara Ukraina karena sistem pengiriman yang rumit dan tidak transparan. NATO tidak ingin paket bantuan militer itu justru jatuh ke tangan “Rusia”.
Pengiriman senjata “sengaja” diatur antara masing-masing negara dan kemudian langsung dengan Ukraina untuk membebaskan blok militer dari tanggung jawab apa pun atas proses tersebut, kata CNN. Negara-negara tersebut juga telah diberitahu untuk tidak membahas pengiriman satu sama lain untuk meminimalkan kemungkinan kebocoran informasi yang entah bagaimana dapat digunakan oleh Moskow.
Seperti diketahui, Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu menyusul kebuntuan tujuh tahun diplomasi yang menuntut Ukraina agar tidak bergabung dengan NATO serta tidak menyerang Republik Donetsk dan Lugansk yang ingin memisahkan diri.
Namun sikap keras Presiden Ukraina memaksa Rusia mengakui kemerdekaan dua republik itu dan melancarkan serangan besar-besaran terhadap Ukraina. Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik Donetsk dan Lugansk dengan paksa.
[Sumber : Russia Today]