AS resmi melarang impor minyak dari Rusia. Ini merupakan bentuk sanksi terbaru AS terhadap Rusia akibat menginvasi Ukraina. [Foto: Ilustrasi/Shutterstock]
SinarPost.com, AS – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah memberlakukan larangan langsung pada minyak Rusia dan impor energi lainnya sebagai pembalasan atas invasi Rusia ke Ukraina, sementara Inggris mengatakan akan menghapus impor secara bertahap pada akhir tahun 2022.
Sanksi terbaru kemungkinan akan mendorong harga minyak ke harga yang lebih tinggi. Saat ini AS hanya bisa berjalan sendiri terkait sanksi minyak dan gas Rusia, karena sekutu Uni Eropanya belum sepakat pemberlakuan sanksi sektor energi tersebut mengingat kebanyakan negara-negara Uni Eropa sangat bergantung pada pasokan Rusia.
Pemerintah AS sendiri mengumumkan larangan minyak Rusia, bagian dari larangan yang lebih luas yang mencakup gas alam dan batu bara. Ini merupakan sanksi lanjutan AS tehadap Rusia sebagai tanggapan atas invasi Ukraina. Sebelumnya AS dan aliansi NATO serta sekutu lainnya telah memukul Rusia dengan berbagai sanksi berat, namun sanksi tersebut belum membuat tanda-tanda Rusia akan menarik pasukannya dari Ukraina.
“Minyak Rusia tidak akan lagi dapat diterima di pelabuhan AS dan rakyat Amerika akan memberikan pukulan kuat lainnya terhadap mesin perang Putin,” kata Biden, Selasa (8/3/2022) seraya menambahkan bahwa keputusan itu diambil “dalam konsultasi erat” dengan sekutu.
Rusia adalah pengekspor gabungan produk minyak mentah dan minyak terbesar dunia , memproduksi sekitar 7 juta barel per hari, atau 7 persen dari pasokan global.
Pada tahun 2021, AS mengimpor rata-rata 209.000 barel per hari minyak mentah dan 500.000 barel per hari produk minyak lainnya dari Rusia, menurut asosiasi perdagangan Produsen Bahan Bakar dan Petrokimia Amerika.
Ini mewakili 3 persen dari impor minyak mentah AS dan 1 persen dari total minyak mentah yang diproses oleh kilang AS. Untuk Rusia, ini mewakili 3 persen dari total ekspornya.
Menurut analis, larangan itu adalah sesuatu yang mampu dilakukan AS.
Karena nilai tukar saat ini, “AS mampu membelinya, [tetapi] itu akan jauh, jauh lebih sulit untuk benua Eropa,” kata Cornelia Meyer, Chief Executive Officer Meyer Resources, kepada Al Jazeera.
Dalam hal total ekspor Rusia ke AS, “itu juga tidak terlalu penting,” kata Meyer.
“Tetapi apa yang ditunjukkan ini adalah bahwa ada tekad dari aliansi Barat, dan jika Eropa mau melakukannya, itu akan menjadi sangat penting,” katanya.
Namun menurutnya, Rusia tidak akan terasing jika pun AS-NATO melarang minyak Rusia karena China dan India kemungkinan akan membeli minyak Rusia yang dialihkan dari Barat.
Sumber : Al Jazeera