SinarPost.com – Militer Myanmar Senin (1/2/2021) dini hari melakukan kudeta terhadap Presiden terpilih secara demokratis, Win Myint. Militer juga ikut menahan pemimpin partai berkuasa Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Aung San Suu Kyi.
Militer Myanmar kemudian mendeklarasikan status darurat selama satu tahun setelah menahan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint.
Tentara mengatakan telah melakukan penahanan sebagai tanggapan atas “kecurangan pemilu”, menyerahkan kekuasaan kepada panglima militer Min Aung Hlaing dan memberlakukan keadaan darurat selama satu tahun, menurut sebuah pernyataan di stasiun televisi milik militer.
Halaman Facebook yang diverifikasi untuk partai Suu Kyi menuliskan tentang kudeta dan meminta rakyat Myanmar untuk memprotes pengambilalihan kekuasaan secara paksa oleh militer.
Para jenderal mengambil langkah mereka beberapa jam sebelum parlemen dijadwalkan duduk untuk pertama kalinya sejak kemenangan telak NLD dalam pemilihan 8 November lalu yang dipandang sebagai referendum atas pemerintahan demokratis baru Suu Kyi.
Sambungan telepon dan internet di ibu kota Naypyitaw dan pusat komersial utama Yangon terputus dan TV negara mati setelah para pemimpin NLD ditahan.
Juru Bicara NLD Myo Nyunt kepada Reuters mengatakan Presiden Myanmar dan Suu Kyi serta para pemimpin NLD lainnya dibawa pada dini hari tadi.
Sebuah video yang diposting ke Facebook oleh seorang anggota parlemen tampaknya menunjukkan penangkapan anggota parlemen lainnya, Pa Pa Han.
Dalam video tersebut, suaminya memohon dengan pria berpakaian militer berdiri di luar gerbang. Seorang anak kecil terlihat menempel di dadanya dan meratap.
Penahanan Pemimpin dan Pejabat Myanmar terjadi setelah beberapa hari ketegangan yang meningkat antara pemerintah sipil dan militer setelah pemilu.
Partai Suu Kyi memenangkan 83% suara hanya dalam pemilihan kedua sejak junta militer setuju untuk berbagi kekuasaan pada tahun 2011.
Pernyataan yang diunggah di halaman Facebook NLD mengutip Suu Kyi yang mengatakan tindakan militer seperti itu akan membuat Myanmar “kembali di bawah kediktatoran”.
“Saya mendorong orang-orang untuk tidak menerima ini, untuk menanggapi dan dengan sepenuh hati memprotes kudeta oleh militer,” kata penyataan NLD seperti dikutip Reuters.
Beberapa pendukung pro-militer merayakan kudeta, berpawai melalui Yangon dengan truk pickup dan mengibarkan bendera nasional, tetapi para aktivis pro-demokrasi merasa ngeri.
“Negara kami adalah burung yang baru belajar terbang. Sekarang tentara mematahkan sayap kami,” kata aktivis mahasiswa Si Thu Tun.
Kudeta terhadap Pemimpin Myanmar oleh militer langsung menuai kecaman dari dunia internasional. Kecaman mulai datang dari Australia, Inggris, Uni Eropa, India, Jepang, Malaysia, Singapura dan Amerika Serikat.
Sementara China meminta semua pihak untuk menghormati konstitusi dan menegakkan stabilitas Nyanmar.
Sumber : Reuters