SinarPost.com, Baku – Gencatan senjata di Nagorno-Karabakh yang telah disepakati antara Armenia dan Azerbaijan bulan lalu untuk mengakhiri perang besar-besaran selama sebulan lebih, kini dalam bahaya. Perjanjian damai yang ditengahi Rusia ini pun terancam luntur.
Nagorno-Karabakh sempat mencekam setelah kedua belah pihak saling mengumbar tembakan yang mengakibatkan jatuh korban dikedua belah pihak. Armenia dan Azerbaijan saling menuduh satu sama lain sebagai pihak yang melanggar gencatan senjata yang masih seumur jagung tersebut.
Baru-baru ini Azerbaijan mengkonfirmasi pasukannya telah melakukan operasi di wilayah sengketa tersebut pada hari Sabtu (12/12/2020). Baku mengklaim tentara Armenia tetap berada di daerah itu dan melanggar gencatan senjata yang disepakati sebulan lalu.
Menurut pihak Azerbaijan, beberapa pasukan Armenia menolak untuk bekerja sama dengan syarat-syarat gencatan senjata, dan tetap tinggal di hutan dekat desa Hadrut. Sebagai tanggapan, Azerbaijan mengatakan bahwa mereka dipaksa untuk mengambil tindakan pembalasan.
“Setelah penandatanganan pernyataan bersama 10 November tentang gencatan senjata, unit bersenjata Armenia tetap berada di hutan di barat laut desa Hadrut,” kata pernyataan Kementerian Pertahanan Azerbaijan, Sabtu lalu.
Baku mengklaim wilayah itu memenuhi semua persyaratan untuk penarikan unit Armenia, yang memungkinkan Rusia untuk mengawal pasukan Armenia yang tersisa keluar dari wilayah tersebut.
“Namun mereka menolak untuk pergi, dan baku tembak kecil dimulai antara kedua pasukan. Baku tembak dimulai, menyebabkan empat tentara Azeri (Azerbaijan) tewas,” sambung pernyataan Kementerian Pertahanan Azerbaijan itu, sebagimana dilansir Russia Today, Minggu (13/12/2020).
Setelah laporan pertempuran baru, penjaga perdamaian Rusia memberi tahu otoritas Armenia dan Azerbaijan untuk mengamati gencatan senjata yang disepakati di Nagorno-Karabakh
Menanggapi hal itu, Kementerian Pertahanan Armenia menuduh Azerbaijan melanggar gencatan senjata. Yerevan melaporkan bahwa enam prajuritnya terluka dalam baku tembak tersebut.
Kementerian Pertahanan Republik Nagorno-Karabakh yang tidak dikenal juga menyalahkan suku Azeri, mengumumkan bahwa “musuh berusaha menyerang posisi pasukan etnis Armenia.”
Sejak gencatan senjata yang disepakati pada November lalu, pasukan penjaga perdamaian Rusia telah dikerahkan ke daerah itu untuk menghentikan eskalasi lebih lanjut antara kedua pihak. Pada hari Sabtu (12/12/2020), Moskow mengonfirmasi bahwa gencatan senjata telah dilanggar.
Pada tanggal 9 November, para pemimpin Rusia, Armenia, dan Azerbaijan menyetujui perjanjian trilateral tentang penghentian pertempuran di Nagorno-Karabakh. Pada saat gencatan senjata ditandatangani, Azerbaijan diuntungkan karena berhasil merebut kembali sebagian besar wilayahnya yang diduduki etnis Armenia.
Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin, bila Yerevan menolak menghentikan permusuhan sama dengan “bunuh diri”. Sementara Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, mengatakan negaranya tidak punya pilihan lain selain menandatangani dokumen perjanjian damai tersebut, karena sumber daya negara dengan cepat menipis.