SinarPost.com, Banda Aceh – Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Dr. Ernita Dewi, S.Ag.,M.Hum menyorot soal keterwakilan perempuan dalam bursa calon Wakil Gubernur (Wagub) Aceh sisa masa jabatan periode 2017-2022.
Menurutnya, narasi gender tetap harus hidup dalam bursa calon Wagub Aceh. Karena itu ia mengharapkan setiap partai pengusung Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah untuk memberi ruang kepada kalangan perempuan sebagai kandidat calon Wakil Gubernur Aceh.
Secara khusus, Ernita Dewi mengapresiasi Partai PNA yang tidak menutup pintu terhadap Darwati A. Gani sebagai sosok calon Wagub Aceh yang akan mendampingi Nova Iriansyah. Istri mantan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf ini digadang-gadang sebagai salah satu kandidat kuat Wagub Aceh dari kalangan perempuan.
Sekedar informasi, dari 5 partai pengusung dan pendukung Irwandi-Nova pada Pilkada 2017 lalu, yakni partai PNA, Demokrat, PDA, PKB, dan PDI Perjuangan, telah memunculkan sejumlah nama sebagai kandidat calon Wagub Aceh.
Misalnya dari PNA muncul nama seperti Miswar Fuadi, Samsul Bahri alias Tiyong, Darwati A Gani, hingga M. Zaini Yusuf yang dianggap layak untuk menempati posisi Wakil Gubernur.
Kemudian dari Partai PDA menyodorkan nama ketua umumnya Tgk Muhibussabri (Abi Muhib) sebagai calon Wagub, PDIP mengandalkan Muslahuddin, dan PKB mengusulkan H Ruslan M Daud.
“Satu hal yang menarik adalah masuknya nama Darwati dalam urutan calon Wagub asal partai pendukung. Masuknya nama tokoh perempuan ini menjadi variasi tersendiri bahwa PNA dalam hal ini mengusung keterwakilan perempuan sebagai calon pemimpin,” kata Dekan FISIP UIN Ar-Raniry kepada SinarPost.com, Rabu (18/11/2020).
“Kita menunggu dari partai pengusung lainnya apakah ikut memberi tempat kepada perempuan untuk diusulkan namanya sebagai calon Wagub Aceh atau tidak,” sambungnya.
Disamping itu, Dr Ernita Dewi juga mengharapkan Legislatif agar tetap memberi ruang dan mempertimbangkan keterwakilan perempuan sebagai salah satu bentuk implementasi dari undang-undang yang mengharuskan adanya keterwakilan perempuan.
“Kehadiran tokoh perempuan sebagai Wagub menjadi sejarah baru bagi Aceh. Sebelumnya baru Walikota perempuan, padahal secara historis Aceh telah lebih dulu memiliki pemimpin perempuan setingkat Sultanah atau yang lebih dikenal dengan nama Ratu Safiatuddin,” ungkapnya.
“Kehadiran perempuan sebagai pemimpin sangat ditunggu, dan harapan baru dengan calon Wagub perempuan dapat lebih mensinergikan hubungan Eksekutif dan Legislatif yang kerap kali diwarnai ketidakharmonisan. Berbicara tentang calon yang kompeten, kita semua yakin bahwa ada banyak potensi perempuan yang layak untuk menjadi calon Wakil Gubernur Aceh,” demikian pungkas Dekan FISIP UIN Ar-Raniry.
Seperti diketahui, posisi Wagub Aceh telah mengalami kekosongan sejak Nova Iriansyah diangkat sebagai Plt Gubernur Aceh pada pertengahan 2018, seiring ditetapkannya Irwandi Yusuf sebagai tersangka kasus korupsi/suap.
Kemudian setelah Nova Iriansyah resmi menjabat Gubernur Aceh yang dilantik pada Kamis (5/11/2020) lalu, hingga saat ini juga belum ada usulan nama calon Wakil Gubernur yang kongkrit yang diusulkan partai pengusung Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah. Padahal batas waktu penetapannya hanya sampai Desember mendatang. Jika batas waktu tesebut tidak juga ditetapkan maka posisi Wagub Aceh akan mengalami kekosongan hingga berakhirnya periode 2017-2022.