SinarPost.com – Retorika perang antara Amerika Serikat (AS) dengan Republik Islam Iran kembali memanas setelah terungkapnya ambisi Presiden AS Donald Trump untuk menyerang situs nuklir Iran.
Rencana Trump tersebut terungkap ke publik pada hari Senin (16/11/2020), setelah New York Times (NYT) melaporkan bahwa pemimpin AS itu mengumpulkan para pembantu dan penasehatnya untuk meminta pendapat tentang “pilihan yang tersedia” dalam mengambil tindakan terhadap situs nuklir Iran.
Para penasihat yang dimintai saran oleh Trump di antaranya adalah Wakil Presiden AS Mike Pence, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan Christopher Miller, dan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark A. Milley.
Menurut NYT sebagaimana dikutip Aljazeera, pertemuan Trump dengan para pejabat utamanya itu berlangsung pada Kamis lalu. Trump meminta pendapat tentang rencana gilanya untuk menyerang situs nuklir Iran, tetapi para penasihatnya memperingatkan bahwa langkah itu – di minggu-minggu terakhir masa jabatannya – dapat meningkat menjadi konflik yang lebih besar.
Atas saran para penasehatnya, yang khawatir menyulut perang besar-besaran di kawasan Timur Tengah, maka Donald Trump pun tidak jadi menyerang situs nuklir utama Iran. Awal tahun lalu, Trump juga berencana menyerang Iran sebagai respon atas tindakan Iran yang menembak jatuh drone canggih milik AS, Global Hawk di atas perairan selat Hormuz. Saat itu Trump telah memerintahkan pasukannya untuk bersiap menyerang Iran namun dibatalkan di menit-menit terakhir.
Terbaru, rencana Donald Trump menyerang situs nuklir Iran juga gagal setelah mendengar masukan dari para penasehatnya. Pertemuan pejabat tinggi AS itu berlangsung tak lama setelah para pengawas Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan peningkatan yang signifikan dalam persediaan bahan nuklir Iran, kata NYT, mengutip empat pejabat AS.
“Trump bertanya kepada para pembantu keamanan nasionalnya tentang pilihan apa yang tersedia dan bagaimana menanggapinya,” surat kabar itu melaporkan, mengutip para pejabat. Laporan itu mengatakan serangan itu kemungkinan akan menargetkan Natanz, situs utama dari program pengayaan nuklir Iran, yang dikatakan Teheran hanya untuk tujuan damai.
IAEA mengatakan Iran telah menimbun uranium yang diperkaya rendah 12 kali lebih banyak dari batas yang ditetapkan oleh kesepakatan nuklir 2015. Pada 2 November 2020, pengawas nuklir mengatakan Iran memiliki persediaan 2.442,9 kilogram (5.385,7 pon) uranium yang diperkaya rendah, naik dari 2.105,4 kg (4.641,6 pon) yang dilaporkan pada 25 Agustus.
Kesepakatan nuklir yang ditandatangani Iran pada 2015 dengan kekuatan dunia (AS, Rusia, China, Inggris, Prancis dan Jerman) hanya membolehkan Iran menyimpan persediaan nuklir sebanyak 202,8 kg (447 pon).
Respon Keras Iran
Pemerintah Iran merespon keras terbongkarnya rencana gagal Trump tersebut. Seorang juru bicara Pemerintah Iran, Ali Rabiei mengatakan setiap serangan oleh Amerika Serikat terhadap Iran akan menghadapi tanggapan yang “menghancurkan”.
“Setiap tindakan terhadap bangsa Iran pasti akan menghadapi tanggapan yang menghancurkan,” kata Ali Rabiei, pada Selasa (17/11/2020) sebagaimana dilansir Reuters.