SinarPost.com – Pasukan perdamaian Rusia kini telah memasuki wilayah Nagorno-Karabakh, tempat yang menjadi medan pertempuran besar-besaran antara pasukan Azerbaijan dan Armenia selama sebulan lebih.
Perang yang telah merenggut ribuan nyawa ini, dan hampir dimenangkan Azerbaijan berakhir setelah kedua negara yang dimediasi Rusia sepakat berdamai. Perang ini berakhir dengan kemenangan di pihak Azerbaijan karena berhasil merebut kembali sebagian besar wilayahnya yang diduduki Armenia puluhan tahun.
Sementara Armenia dengan rasa menyakitkan terpaksa menerima perdamaian dengan kekalahan. Hal ini bukan hanya karena wilayah yang didudukinya lepas ke Azerbaijan, namun juga karena banyak tentaranya yang terbunuh di medan perang.
Potret mengerikan dan bukti banyaknya tentara Armenia yang tewas terlihat saat pasukan penjaga perdamaian Rusia memasuki wilayah yang disengketakan itu dengan kendaraan militer. Pasukan Rusia mendapati ratusan mayat tentara etnik Armenia bergelimpangan di jalanan di Nagorno-Karabakh.
Konvoi truk dan kendaraan pengangkut tentara Rusia tersebut masuk ke wilayah medan perang antara Armenia dan Azerbaijan itu setelah keduanya berdamai. Rusia mengerahkan hampir 2.000 tentara bersama sejumlah tank dan kendaraan lapis baja lainnya untuk mengamankan wilayah tersebut.
Pasukan Rusia memasuki wilayah Nagorno-Karabakh pada hari Jumat (13/11//2020). Lalu apa yang didapati pasukan Rusia saat tiba di daerah yang menjadi area perang besar-besaran antara pasukan Armenia dan Azerbaijan?
Satu pasukan Rusia yang didampingi wartawan Reuters dari perbatasan Armenia, mengatakan bahwa saat tiba di Nagorno-Karabakh, mereka melewati sekitar seratusan jasad tentara etnis Armenia yang berserakan di pinggir jalan.
Mobil-mobil, pecahan peluru, dan mobil van juga berserakan di pinggir jalan serta tank tempur yang terbakar dan kendaraan militer lainnya juga didapati dalam keadaan rusak.
Beberapa mayat tergeletak di dalam mobil ambulans militer yang dipenuhi peluru. Salah satu kaki tentara yang mati itu dibalut perban, orang mati lainnya membawa tourniquet yang tampaknya untuk mengobati temannya.
Situasi tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa ada keputusasaan tentara Armenia dalam perang melawan Azerbaijan, disamping rasa menyakitkan bagi pemimpin Armenia karena secara terpaksa harus menerima gencatan senjata, dengan lepasnya sebagian besar wilayah Nagorno-Karabakh ke tangan Azerbaijan.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, saat mengumumkan gencatan senjata menyebutnya “keputusan yang menyakitkan”. Secara tidak langsung juga bahwa pemimpin Armenia itu mengakui bahwa Armenia adalah pihak yang kalah.
Ribuan Tentara Terbunuh
Pasca perjanjian damai, Armenia memperbarui jumlah tentaranya yang tewas selama pertempuran dengan Azerbaijan yang berlangsung sebulan lebih.
Otoritas Armenia menyatakan, 2.317 tentaranya tewas dalam perang melawan Azerbaijan sejak 27 September 2020, serta ribuan lainnya terluka.
“Sebagai catatan, dinas forensik kami menentukan 2.317 mayat adalah tentara kami, termasuk yang tak teridentifikasi,” ujar juru bicara Kementerian Kesehatan Armenia, Alina Nikoghosyan di Facebook.
Sementara Azerbaijan belum menyebutkan secara resmi jumlah tentaranya yang tewas dan terluka. Namun banyak pihak meyakini bahwa korban di pihak tentara Azerbaijan juga mencapai ribuan.
Pada Jumat (13/11/2020), Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan korban tewas dalam perang kedua negara lebih dari 4.000 orang, dengan 8.000 lainnya terluka.
Putin juga menuturkan terdapat 143 warga sipil yang terkonfirmasi terbunuh dalam perang kedua negara bekas Uni Soviet tersebut.
(Dirangkum dari berbagai sumber)