SinarPost.com – Sebuah helikopter pasukan penjaga perdamaian internasional jatuh di gurun Sinai, Mesir, Kamis (12/11/2020).
Dilansir Aljazeera, pejabat Israel dan Mesir yang tidak disebutkan namanya mengatakan, peristiwa tersebut menewaskan tujuh orang.
Pejabat Israel menyebut, lima tentara Amerika Serikat (AS) termasuk di antara yang tewas dalam kecelakaan itu. Korban lainnya adalah orang Prancis dan Ceko.
Pejabat Israel dan Mesir mengatakan bahwa helikopter naas tersebut jatuh murni kecelakaan alias bukan karena diserang.
Pejabat Israel dan Mesir, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan satu orang yang selamat sedang diterbangkan ke rumah sakit Israel.
Sementara seorang pejabat Mesir mengatakan helikopter jenis UH-60 Black Hawk tersebut jatuh saat sedang dalam misi pengintaian dan jatuh di dekat pulau Tiran.
Baik pihak Israel maupun Mesir kompak mengatakan bahwa kecelakaan itu tampaknya disebabkan oleh kegagalan teknis dan tidak ada tanda-tanda pesawat diserang, meski kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan kelompok ISIL (ISIS) diketahui aktif di Semenanjung Sinai.
Helikopter itu milik Pasukan dan Pengamat Multinasional atau lebih dikenal dengan MFO pimpinan AS, yang memantau perjanjian perdamaian Israel-Mesir.
Saluran berita Israel i24 mengutip sumber-sumber Israel, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan: “Pemindahan kru pesawat yang terluka dibawa oleh tentara Israel ke rumah sakit medis Soroka di kota Beersheba, Israel selatan, namun sejumlah penumpang telah meninggal karena luka mereka.”
Sekedar informasi, Semenanjung atau Gurun Sinai adalah sebuah semenanjung berbentuk segitiga yang terletak di Asia Barat namun menjadi bagian wilayah Mesir di Afrika. Daratan seluas 60.000 km² ini dibatasi oleh Laut Tengah di utara, Laut Merah di selatan, Terusan Suez di barat, dan perbatasan dengan Israel di timur laut.
Daerah tersebut kerap menjadi pusat sengketa antar berbagai negara, karena lokasi geopolitik yang strategis. Israel sempat menyerang dan menduduki Gurun Sinai selama Krisis Suez (dikenal di Mesir sebagai Tripartite Aggression) pada tahun 1956, juga ketika Perang Enam Hari tahun 1967.
Pada tanggal 6 Oktober 1973, Mesir melakukan serangan mendadak untuk menguasai kembali semenanjung itu dalam Perang Yom Kippur, dan daerah tersebut menjadi ajang pertempuran sengit antara tentara Mesir dan Israel.
Pada tahun 1982, sesuai Perjanjian Damai Israel-Mesir tahun 1979, Israel menarik mundur tentaranya dari seluruh Semenanjung Sinai. Kemudian pasukan perdamaian dunia berpartisipasi menjaga wilayah tersebut. Pasukan dan Pemantau Multinasional (MFO) pimpinan AS berada di semenanjung Sinai sejak awal 1980-an.