SinarPost.com, Moskow – Lebih dari 400 tentara penjaga perdamaian Rusia lengkap dengan perlengkapan militernya telah mendarat di Yerevan. Tentara Rusia tiba di Ibukota Armenia itu melalui udara, yang diangkut menggunakan 20 pesawat kargo militer.
Pasukan Rusia kemudian melanjutkan perjalanan ke Nagorno-Karabakh, wilayah yang menjadi medan perang besar-besaran antara Azerbaijan dan Armenia. Armenia sepakat melakukan gencatan senjata yang dimediasi Rusia setelah rentetan kemenangan yang dicapai pasukan Azerbaijan, pada Selasa (10/11/2020).
Dalam perang yang berlangsung lebih satu bulan ini, pasukan Azerbaijan sukses merebut kembali sebagian besar wilayah Nagorno-Karabakh dari Armenia.
Gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan mulai berlaku pada Selasa tengah malam waktu Moskow. Rusia yang bertindak sebagai mediator kemudian bergegas mengerahkan pasukan perdamaiannya ke wilayah yang disengketakan.
Sejauh ini, dua puluh pesawat angkut militer Rusia, Il-76 telah mendarat di Yerevan, Armenia, dengan membawa lebih dari 400 anggota Brigade Penjaga Perdamaian ke-15 dan peralatan mereka.
Kementerian Pertahanan Rusia sebagaimana dilansir Russia Today, Rabu (11/11/2020) mengkonfirmasi bahwa konvoi militer pertama sudah dalam perjalanan untuk mendirikan pos pengamatan di sepanjang garis kontak dan koridor Lachin, jalan penghubung antara Nagorno-Karabakh dan Armenia.
Di bawah ketentuan kesepakatan damai, 1.960 tentara Rusia dan ratusan kendaraan akan menggantikan pasukan Armenia di Nagorno-Karabakh. Pasukan tersebut adalah bagian dari Brigade Senapan Bermotor Terpisah ke-15, yang ditunjuk sebagai penjaga perdamaian dari Distrik Militer Pusat. Pusat komando mereka akan berada di Stepanakert, ibu kota daerah.
Kesepakatan damai pada Selasa kemarin telah mengakhiri enam minggu pertempuran besar atas wilayah yang disengketakan (Nagorno-Karabakh), di mana pasukan Azerbaijan telah membuat kemajuan signifikan ke wilayah yang dikuasai oleh etnis Armenia sejak 1994.
Nagorno-Karabakh adalah wilayah Azerbaijan yang dikuasai etnis Armenia dan memisahkan diri dari Azerbaijan pada tahun 1991, selama runtuhnya Uni Soviet. Nagorno-Karabakh kemudian mendapat dukungan penuh dari Armenia, yang mengakibatkan perang berkepanjangan antara Armenia dan Azerbaijan.