SinarPost.com, Brussel – Parlemen Uni Eropa mendesak negara-negara anggota Uni Eropa untuk memberlakukan embargo senjata ke Arab Saudi atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dan perang di Yaman.
Dalam laporan ekspor senjata Uni Eropa yang diadopsi pada hari Kamis (17/9/2020), anggota Parlemen Uni Eropa mendesak semua anggota blok itu untuk “mengikuti contoh Jerman, Finlandia dan Denmark, yang setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi langsung mengadopsi pembatasan ekspor senjata mereka ke Arab Saudi.”
Dokumen tersebut juga menunjukkan bahwa senjata yang diekspor ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), serta anggota lain dari koalisi pimpinan Saudi, telah digunakan di Yaman dalam melawan pasukan Hauthi, yang mengakibatkan 22 juta warga Yaman merasa membutuhkan bantuan kemanusiaan dan perlindungan.
Laporan itu juga mendesak negara-negara Uni Eropa yang tersisa untuk menjatuhkan sanksi serupa untuk mencegah penderitaan warga sipil lebih lanjut dalam konflik Yaman.
Sekedar diketahui, Khashoggi, kolumnis The Washington Post berusia 59 tahun, dibunuh dan dipotong-potong oleh sekelompok operator Saudi tak lama setelah dia memasuki konsulat negara di kota Istanbul, Turki, pada Oktober 2018 lalu. Riyadh menawarkan narasi yang bertentangan untuk menjelaskan hilangnya Khashoggi sebelum mengakui bahwa dia dibunuh di gedung diplomatik dalam “operasi nakal”.
Awal bulan ini, Pengadilan Kriminal Riyadh meringankan hukuman mati dan menjatuhkan hukuman penjara hingga 20 tahun kepada narapidana, dengan mengatakan mereka diampuni oleh keluarga jurnalis. Sebelumnya mereka dijatuhi hukuman mati tahun lalu.
Penyelidik Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Agnes Callamard juga menyebut putusan jaksa penuntut Saudi atas pembunuhan itu sebagai “parodi keadilan” yang menghindari komplotan “tingkat tinggi”.
Sementara konflik Yaman telah berada dalam kekerasan dan kekacauan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi yang didukung Iran menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu kota, Sanaa, dan memaksa Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi untuk meninggalkan negara itu pada tahun berikutnya.
Krisis meningkat pada 2015 ketika koalisi militer pimpinan Arab Saudi meluncurkan kampanye serangan udara terhadap Hauthi yang bertujuan untuk memaksa kelompok itu untuk meninggalkan wilayah yang telah dikuasai. Namun kampanye perang Arab Saudi dan koalisinya terhadap Hauthi sampai hari belum berbuah hasil. Malah pasukan Saudi dan pangkalan militernya di provinsi yang berbatasan dengan Yaman menjadi sasaran serangan balasan Hauthi.
Sejak kampanye perang Saudi, puluhan ribu warga Yaman, termasuk anak-anak, telah tewas dalam konflik tersebut, dan menjadikannya sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia dengan 3,65 juta orang terlantar dan 15 juta lainnya membutuhkan bantuan kemanusiaan segera.
Sumber : Al Jazeera