SinarPost.com, Lhokseumawe – Gampong Manee Kareung di Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, kini jadi perbincangan publik di Aceh, khususnya Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara. Hal ini lantaran perangkat desa setempat berhasil menyulap sawah menjadi objek wisata yang kini banyak diserbu oleh masyarakat.
Objek wisata sawah itu dibangun menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong (APBG) Tahun 2020, meski baru dibuka akan tetapi sudah mampu memikat ribuan masyarakan untuk berkunjung dan berswafoto di lokasi itu. Bahkan wisata sawah Gampong Manee itu telah menjadi ikon destinasi wisata baru di Kota Lhokseumawe. Lokasinya hanya membutuhkan jarak tempuh sekitar 20 menit dari pusat Kota Lhokseumawe.
Objek tersebut dibangun berupa jembatan atau jalan gantung di atas areal persawahan desa setempat, dengan dipermak sedemikian rupa. Dengan hamparan sawahnya yang membentang luas, tentu sangat indah dipandang mata bila dikunjungi saat pagi dan sore hari, apalagi saat musim sawah seperti sekarang ini. Di areal tersebut juga dibuat replika menara Eiffel ala Gampong Manee Kareung, yang pastinya akan menambah tempat foto narsis untuk anda yang suka selfie.
Untuk urusan tiket masuk, pastinya cukup terjangkau bagi masyarakat. Anda hanya perlu mengeluarkan uang Rp 5 ribu untuk biaya masuk dan Rp 2 ribu untuk biaya parkir, sudah dapat menikmati objek wisata sawah itu.
Keuchik Gampong Mane Kareung, Ruslan, mengatakan objek wisata tersebut sudah rampung dan dibuka untuk umum pada lebaran haji 2020 kemarin. Ia menjelaskan di areal objek wisata itu, pihaknya menyiapkan segala sesuatu, mulai tempat selfie, kolam ikan, menara, juga pondok untuk istiarahat. Semua itu diatur sesuai kebutuhan tempat wisata.
“Juga kita siapkan bermacam kuliner khas Aceh. Jadi bagi pengungjung ke wisata nantinya bisa menikamti makan-makan di tengah areal sawah,” ungkap Ruslan yang dikutip SinarPost.com dari Serambi Indonesia, Kamis (13/8/2020).
Ruslan menambahkan, untuk anggaran yang sudah dihabiskan dari Dana Desa itu mencapai 100 juta lebih. Ia menjelaskan, setelah pihaknya menyelesaikan pembangunan tempat wisata itu 100 persen, maka pihak desa akan menyerahkan aset tersebut untuk dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yaitu “Mane Makmu”. Diharapkannya, objek wisata tersebut dapat meningkatkan sumber ekonomi masyarakat sekitar dan menjadi pendapatangampong(desa) setiap bulannya.
Apa yang dilakukan perangkat Gampong Mane Kareung itu selaras dengan harapan Pemerintah Aceh. Seperti diketahui, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah – sejak 2019 dalam banyak kesempatan terus menekankan kepada seluruh perangkat gampong bahwa peruntukan Dana Desa bukan hanya untuk fisik atau infrstruktur semata, tapi juga untuk hal-hal yang bersifat inovasi berupa pemberdayakan ekonomi, yang dapat menunjang kesejahteraan masyarakat di gampong-gampong.
Nova melihat anggaran Dana Desa yang cukup besar dapat mendorong gampong-gampong di Aceh berkembang dan maju. “Dana Desa yang dialokasikan oleh pemerintah pusat harus digunakan secara maksimal pada sektor pemberdayaan ekonomi, karena kalau dipergunakan untuk infrastruktur dananya tidak dapat digulirkan kembali,” kata Nova.
“Jika dilihat dari anggaran yang diterima Aceh tahun 2020 akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di gampong-gampong melalui pengalokasikan anggaran yang dikhususkan pada program pemberdayaan ekonomi,” tambah Nova.
Karenanya, Plt Gubernur Aceh meminta Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong (DPMG) untuk bekerja keras mengawal semaksimal mungkin pencairan Dana Desa. Para bupati dan wali kota di Aceh juga diminta untuk membina secara maksimal gampong-gampong yang ada dalam wilayahnya, minimal menjadikan satu desa sebagai percontohan.
Peruntukan Dana Desa sendiri harus diprioritaskan pada 4 kebutuhan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Desa Nomor 11 Tahun 2019, yakni untuk peningkatan kualitas hidup, peningkatan kesejahteraan, penanggulangan kemiskinan, dan peningkatan pelayanan publik. (*)