SinarPost.com, Banda Aceh – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK Unsyiah) menyelenggarakan National Online Public Discussion melalui aplikasi Zoom Meeting dan ditayangkan secara langsung melalui YouTube Channel Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI).
Kegiatan yang berlangsung pada Rabu (22/4/2020) ini bekerja sama dengan PB IDI, IDI Cabang Banda Aceh, HMI Komisariat FK Unsyiah, dan ISMKI Nasional.
Kegiatan ini mengangkat tema “Covidpedia: Garda Terdepan Berbicara” menghadirkan narasumber Ketua PB IDI dr. Daeng M. Faqih, S.H., M.H, Dr. dr. Azharuddin, Sp.OT, K-Spine.FICS selaku Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Provinsi Aceh dan dr. Listya Paramita, Sp.KK selaku Medical Influencer.
Forum diskusi ini juga turut dimeriahkan oleh musisi nasional Rahmania Astrini, diskusi ini dimoderatori langsung oleh Sekretaris Jenderal BEM FK Unsyiah M. Aidil Faraby.
Rais Maulana selaku Ketua BEM FK Unsyiah menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat menjadi media informasi terkini bagi masyarakat tentang perkembangan pandemi Covid-19 berdasarkan paradigma tenaga medis sebagai garda terdepan sekaligus sebagai media edukasi preventif dalam hal memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Dalam kesempatan ini dr. Daeng M. Faqih, S.H, M.H menyampaikan bahwa Indonesia sedang mengalami peningkatan angka ODP dan PDP secara drastis hingga mencapai angka ±196.000 jiwa. Dalam kesempatan yang sama ia juga meminta agar pemerintah menyanggupi kebutuhan pemeriksaan testing secara massal, cepat, dan luas hingga 10.000 orang/hari mengingat berdasarkan kalkulasi, saat ini pemerintah hanya mampu melakukan test ±1.000 orang/hari dengan jumlah yang telah diperiksa ±46.000.
“Jumlah PDP dan ODP yang belum diperiksa ±150.000 orang, maka membutuhkan waktu ±150 hari, jika Pemerintah mampu menyanggupi sampai dengan testing massal hingga 10.000/hari maka efektivitas waktu terpangkas dari 150 hari menjadi 15 Hari saja, inilah mengapa permintaan ini sangat diharapkan untuk dipenuhi,” katanya.
Daeng juga meminta supaya PCR sebagai “Golden Standart” yang beroperasi di Indonesia harus diperbanyak. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk kooperatif ketika diminta penjelasan dari tenaga medis dan memaksimalkan fasilitas konsultasi jarak jauh. Pada kesempatan yang sama dr. Daeng juga menghimbau untuk tetap tinggal di rumah saja, karena sekali kita keluar rumah kita tidak tahu dimana kita tertular dan kemudian dikhawatirkan kita menularkannya ke orang-orang yang ada dirumah.
Pemateri selanjutnya, dr. Listya Paramita, Sp.KK menyampaikan pentingnya tindakan preventif seperti PHBS dan social distancing harus kita massifkan, kepedulian sosial terhadap tetangga dilingkungan rumah juga harus lebih kita perhatikan. Terkait efektivitas rapid test ia menyampaikan meski tidak bisa menjadi pedoman penegak diagnosis, rapid test sangat efektif dilakukan sebagai media screening awal guna memetakan pola mata rantai penyebaran, bila hasil positif maka dapat dilanjutkan dengan test swab PCR.
Mengenai kondisi di Aceh Dr. dr. Azharuddin, Sp.OT, K-Spine.FICS menyampaikan bahwa Aceh telah mendapatkan 15.000 rapid test untuk didistribusikan secara proporsional oleh Dinas Kesehatan ke 23 Kab/Kota. Namun ia mengakui bahwa jumlah tersebut masih jauh dari angka yang memadai, ia mencontohkan seperti RSUDZA yang memiliki 3.000 karyawan namun hanya 200an yang dapat rapid test. dr. Azhar juga mengajak masyarakat untuk tidak pernah bosan mengedukasi lingkungan sekitarnya dalam hal memutus rantai persebaran virus corona.
[Rel]