Penulis : Akramatur Rahmah*
Dunia saat ini sedang merasakan kecemasan dan ketidaknyamanan akibat munculnya virus baru yaitu virus Corona (Covid-19). Virus yang berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok ini menjadi teror yang sangat menakutkan dimana sejauh ini telah menginfeksi 2,5 juta jiwa lebih dan membunuh hampir 200 ribu orang di seluruh dunia. Hingga hari ini belum ada obat atau vaksin untuk Covid-19.
Di Indonesia, virus ini berawal dari 2 kasus pertama yang kemudian menyebar hingga sekarang telah menembus angka 7000 lebih orang yang terkonfirmasi terjangkit corona. Korban meningga dunia pun telah 600 orang lebih. Kasus tertinggi penyebaran virus corona ini kebanyakan terjadi di kota-kota besar, salah satunya yang paling banyak yaitu di Jakarta. Tak hanya kota-kota besar, Aceh yang terletak di ujung barat Indonesia termasuk provinsi yang sudah terdapat kasus pasien terjangkit virus corona. Bermula dari satu kasus kemudian terus bertambah, membuat Pemerintah Aceh membuat peraturan untuk menutup pusat keramaian dan sempat mengaktifkan jam malam. Berbagai usaha dilakukan termasuk dengan memberhentikan kendaraan yang sedang melintas di perbatasan jalur darat.
Salah satu pemberhentian kendaraan ini terjadi di daerah perbatasan Aceh selatan. Pemberhentian kendaraan di perbatasan ini dilakukan untuk menerapkan salah satu tes untuk mengukur suhu tubuh, karena suhu tubuh yang tinggi atau demam termasuk salah satu gejala yang timbul apabila terjangkit virus Corona. Pemeriksaan mengukur suhu tubuh ini dilakukan di tepi jalan oleh beberapa petugas yang berwenang. Dalam hal ini, penulis juga juga pernah merasakan pemeriksaan dalam pemberhentian tersebut. Untuk informasi sekarang, Aceh Selatan belum ada yang terjangkit virus Corona.
Pemberhentian pengendara dilakukan selama 24 jam, dan memberhentikan semua kendaraan yang melewati perbatasan khususnya pengendara roda roda empat baik kenderaan umu/mobil penumpang, mobil pribadi hingga truck yang lewat. Para petugas berwenang memberhentikan laju kendaraan untuk mengetes kesehatan dan pengecekan suhu tubuh, pengendara dan penumpang diberhentikan di tepi jalan dan kemudian petugas meminta supir dan semua penumpang untuk turun dan mengantri di depan posko pengecekan. Pemeriksaan dilakukan memang untuk menetralisir penularan dan penyebaran virus Corona, tetapi hal ini menurut hemat penulis tidak begitu efektif, karena hal yang seharusnya menetralisir penularan bisa jadi akan menjadi wadah untuk menularkan kepada orang lain. Pasalnya pemeriksaan bukan dilakukan didalam kenderaan melainkan di posko yang membuat banyak orang mengantri di pinggir jalan.
Pengecekan yang dilakukan bisa menyebabkan perkumpulan dalam satu tempat yang kita tidak dapat mengetahui apakah diantara pengguna kendaraan yang berhenti dan turun dari kendaraannnya itu ada yang positive terjangkit virus Corona dan dapat menularkan dengan mudah virus tersebut kepada pengguna jalan yang lain. Dengan para penumpangnya pun tidak memakai masker ketika turun dari kendaraan.
Sebenarnya tindakan ini adalah hal yang wajar dan sangat membantu apabila pengecekan kesehatan dilakukan diperbatasan, karena hal tersebut dapat mengontrol pengendara yang berlalu-lalang melewati perbatasan dari satu kota ke kota yang lain. Tetapi, dengan prosedur yang diterapkan dilapangan yang menciptakan perkumpulan di satu tempat adalah hal yang tidak efektif. Ada baiknya jika petugas ikut menyediakan hand sanitizer atau bak pencuci tangan di beberapa titik agar pengguna jalan dapat sedikit lebih aman jika masuk kembali ke dalam kendaraannya. Tetapi yang terjadi di lapangan, apa yang menjadi bagian dari protokol kesehatan tersebut, hanya ada satu hand sanitizer di meja dan tidak diberikan kepada pengguna jalan yang sudah mengantri untuk melakukan pengecekan kesehatan.
terhadap pengguna jalan yang mengantri, sebaiknya petugas juga menyiapkan masker apabila pengguna jalan tidak memakai masker ketika keluar dari mobil dan langsung diberikan hand sanitizer sebelum dan sesudah pengecekan. Bisa juga diterapkan pengecekan yang dilakukan di setiap area tempat kendaraan yang diberhentikan, misalnya petugas mengecek isi penumpang satu per satu di dalam mobil dengan alat atau dilakukan di sekitar mobil saja, tanpa harus turun dan mengantri. Apabila ada salah satu yang tubuhnya tidak sehat atau suhu tubuhnya tinggi (demam, batuk, dan lain-lain) atau bahkan positive terjangkit virus Corona, maka cukup pengguna atau orang dalam mobil itu saja yang diperiksa lebih intens tanpa menyebabkan kepanikan dan menggangu pengguna jalan yang lain.
Ada baiknya juga jika pemerintah melakukan pengecekan kesehatan secara ketat terhadap orang yang keluar masuk melalui bandara atau pelabuhan. Orang yang masuk dari luar Aceh dikarantina di satu tempat terlebih dahulu sebelum berinteraksi dengan orang banyak supaya dapat meminimalisir penyebaran virus Corona sedini mungkin. Memang sulit untuk mengaplikasikannya, tapi apa salahnya jika untuk kemashlahatan umat dan kenyamanan masyarakat, apalagi pemerintah memiliki semua yang diperlukan, baik petugas dilapngan, kenderaan pengangkut, hingga lokasi karantina sementara.
Pada kejadian yang akhir-akhir ini terjadi, banyak dari orang Aceh yang bekerja di luar kota atau luar negeri pulang dengan cara illegal atau melewatkan pemeriksaan yang disediakan di pelabuhan atau bandara. Kita bahkan tidak mengetahui apakah mereka pulang dengan membawa penyakit atau mereka pulang dengan sehat. Dengan lolosnya warga yang pulang tanpa melakukan pemeriksaan, dapat dikatakan pengawasan terhadap pelabuhan atau bandara tidak terlalu ketat. Hal ini dapat membahayakan keselamatan orang lain, baik orang yang berinteraksi dengannya maupun orang yang tinggal serumah dengannya.
Masyarakat harus menyadari bahwa menjaga diri sendiri itu penting dan juga dapat menyelamatkan orang banyak. Masyarakat harus memiliki rasa kesadaran untuk menjaga jarak dan interaksi dengan orang lain. Jika tidak mau berurusan di rumah sakit, maka anda bisa mengisolasi diri anda sendiri, terkhusus bagi orang yang baru melakukan perjalanan ke luar negeri. Jika anda pernah melakukan perjalanan dari negara terjangkit corona dan tidak menunjukkan gejala apa pun dan anda memiliki risiko rendah karena sempat melakukan kontak erat dengan pasien dalam pengawasan tapi tidak menunjukkan gejala, untuk kedua kategori ini, dianjurkan untuk melakukan monitoring diri sendiri dan mengkarantina diri di rumah selama 14 hari terlebih dahulu. Selain itu, laporkan juga ke dinas kesehatan setempat bahwa Anda baru pulang dari negara terjangkit corona atau sempat melakukan kontak erat dengan orang dalam pemantauan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP).
Beberapa prosedur yang dapat dijalankan oleh masyarakat dalam pemeriksaan virus Corona di Indonesia, yaitu dengan langkah awal jika Anda ingin memeriksakan diri, yaitu dengan mendatangi fasilitas layanan kesehatan terdekat. Anda dapat pergi ke puskesmas, rumah sakit, klinik, atau praktik dokter. Selanjutnya jika memang menurut diagnosis dokter anda patut dirujuk, maka dokter akan memberikan surat pengantar pemeriksaan untuk diberikan ke fasilitas rujukan. Lalu mendatangi fasilitas rujukan untuk anda yang memenuhi kriteria sebagai ODP. Kita bermohon kepada Allah semoga wabah corona bisa secepat mungkin hilang di muka bumi, khususnya di Aceh. Semoga!
*Penulis merupakan Mahasiswi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Email : akramatur3@gmail.com.