Oleh : Ema Ratna Sari*
Penyebaran virus Covid-19 adalah bentuk pandemi yang harus kita ambil sisi positif-nya juga. Allah menguji keimanan kita beserta orang-orang beriman lainnya dengan berbagai cara, salah satunya adalah corona. Berkaca pada sejarah Nabi Ayyub AS, hamba Allah yang taat juga diuji dengan penyakit, dan saat ini kita di uji dengan pandemi Covid-19 yang sangat berbahaya dan mematikan.
Ramadhan 1441 Hijriah yang akan tiba beberapa hari lagi, juga akan kita jalani dengan sedikit berbeda dari ramadhan sebelumnya, karena kondisi darurat pandemi Covid-19. Sampai dengan 20 April 2020, pandemi Covid-19 telah menyebabkan 682 jiwa meninggal, 6575 jiwa positif, dan angka ini terus bertumbuh. Alhamdulillah kabar baiknya total pasien yang berhasil sembuh juga semakin bertambah.
Pandemi Covid-19 ini merupakan ketetapan Allah yang harus kita ambil sisi positifnya juga, tentu ini merupakan bentuk peringatan yang disampaikan pada kita selaku hambanya. Dalam kondisi ini kita perlu memaknai kondisi ini sebagai bentuk ujian pendewasaan diri kita baik dalam menghadapinya.
Ada beberapa hal yang harus kita maknai dan kita harus ambil pembelajaran dari pandemi ini. Pertama, ini mengajarkan kita tentang ujian kesabaran, karena saat ini kita tidak bisa leluasa melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan seperti biasanya dan bahkan banyak saudara kita tidak bisa mudik berkumpul dengan keluarga. Maka kita perlu memupuk kesabaran, karena sesungguhnya Allah tidak akan memberikan ujian dan beban di luar kemampuan hamba- Nya.
Kedua, melatih ketawakalan kita, pada kondisi saat ini banyak sekali kekhawatiran dan ketakutan di tengah masyarakat, maka kita perlu menyerahkan diri dan meminta pertolongan hanya pada Allah. Tentang ketakwaan dan kesabaran dapat kita ambil i’tibar dari kisah Nabi Ayyub AS, dimana dengan kesabaran dan istiqamah dalam ketaqwaan maka Allah mengambil penyakitnya lalu dikucurkan Rahmat yang sangat luar biasa oleh Allah SWT. Tentang Nabi Ayyub ini oleh kisahkan dalam Al-Quran, yang artinya:
“Maka kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu Rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah” (Q.S. Al-Anbiya : 84).
Ketiga, melatih solidaritas. Kondisi saat ini banyak saudara kita yang sudah dirumahkan bahkan PHK, dan banyak juga Rumah sakit kekurangan APD (Alat Pelindung Diri). Maka momentum ini, kita gunakan untuk sedikit bersedakah atas harta yang kita miliki, meringankan beban tetangga kita yang kehilangan atau tidak bisa bekerja untuk menafkahi kebutuhan keluarga, serta membantu tenaga medis.
Kita harus tetap semangat menjalankan ibadah di tengah Pandemi Covid-19, mari kita patuhi himbauan protokol kesehatan Pemerintah, ikuti aturan dan tata cara peribadatan puasa ramadhan yang dikeluarkan Kementerian Agama, dan mari sama-sama taati maklumat yang dihimbau oleh Kapolri.
Mari sama-sama kita jadikan momentum Ramadhan di tengah Pandemi Covid-19 untuk membangun spiritualitas, solidaritas dan sinergitas untuk memutus mata rantai penyebaran covid 19.
*Penulis Merupakan Ketua Umum KOHATI BADKO Sumbagsel.