SinarPost.com, Banda Aceh – Belakangan, media di Aceh memberitakan adanya sejumlah tenaga medis di Aceh yang merawat pasien virus corona di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin (RSUDZA) Banda Aceh dikabarkan mendapat perlakuan tidak menyenangkan, mereka ditolak pemilik kos dan warga saat kembali ke kediamannya.
Kabar tak baik itu pula dibenarkan oleh Wakil Direktur Pelayanan RSUDZA, Endang Mutiawati. Namun, Endang tidak mengetahui secara detail di mana saja para tenaga medis tersebut tinggal atau menyewa rumah, serta berapa total jumlah mereka keseluruhan.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dari Fraksi Partai Aceh Sulaiman, SE sangat menyesalkan adanya kelakuan diskriminasi terhadap tenaga medis. Menurutnya, tidak seharusnya oknum tersebut memperlakukan tenaga medis seper itu (menolak-red).
“Satu sisi masyarakat sangat trauma dan panik dengan pandemi Corona Virus. Tapi di sisi lain petugas kemanusiaan (tenaga medis) tersebut juga harus diperhatikan karena mereka bekerja dengan ikhlas dan tanpa pamrih. Sekarang mari kembali ke pribadi masing-masing, seandainya saat kita berobat ditolak, bahkan dengan alasan yang logis misalnya, pastinya tidak kita terima, akan tetapi bagaimana dengan tenaga medis yang kita perlakukan tidak wajar itu,” ujar Sulaiman.
Maka dari itu, mantan Ketua DPRK Aceh Besar tersebut berharap kepada masyarakat dan juga kepada oknum yang telah melakukan penolakan terhadap tenaga medis dimaksud agar tidak mengulangi lagi.
Inapkan Tenaga Medis di Hotel
Terkait adanya isu tidak baik yang diterima tenaga medis ini, Sulaiman meminta kepada Pemerintah Aceh dan Dinas terkait agar segera menginapkan para tenaga medis yang bertugas selama pananganan virus corona (Covid-19) di hotel. Ini wajib segera dilakukan oleh pemerintah, kalua tidak segera dilakukan, penolakan terhadap tenaga medis akan berlanjut di daerah lain,” tegasnya.
“Saya mendesak pemerintah Aceh untuk menyediakan akomodasi yang layak untuk tenaga medis, banyak hotel di Banda Aceh yang kosong saat ini, sewakan untuk mereka. Saya rasa tidak begitu besar biaya yang dibutuhkan untuk menyewa hotel tersebut ketimbang biaya sewa kamar untuk pelatihan aparatur negara selama ini,” tegasnya lagi.
Politisi Partai Aceh ini melanjutkan, pemerintah dapat melakukan pergeseran anggaran 1% saja anggaran pelatihan yang telah diplot di APBA 2020 sudah lebih dari cukup untuk membiayai kebutuhan akomodasi tenaga medis tersebut.
“Saat ini apakah pemerintah peka atau pura-pura tidak tau, itu semua sangat tergantung pada sense of crisis Plt Gubernur Aceh,” tutup Sulaiman.