SinarPost.com – Krisis diplomatik antara Amerika Serik (AS) dan Republik Islam Iran tetap berlanjut di tengah wabah virus corona (Covid-19). Terbaru Amerika Serikat (AS) telah menentang upaya Iran untuk mendapatkan dana pinjaman dari IMF dalam upaya memerangi Covid-19.
Baik AS maupun Iran, saat ini sama-sama sedang berupaya melawan wabah Covid-19. Kedua negara ini termasuk yang paling terpuruk dihantam wabah mematikan yang pertama kalinya muncul di Wuhan, China. Bila Iran yang paling berdampak diserang corona di Timur Tengah, maka AS yang paling terparah dihantam wabah corona di dunia.
AS menempati peringkat pertama dalam jumlah kasus positif corona tertinggi di dunia, yaitu mencapai 400.335 kasus dengan 12.841 kematian per Rabu (8/4/2020). Sementara Iran berdasarkan data per Selasa (7/4/2020), kasus positif corona mencapai 62.589 orang dengan 3.872 kematian. Sedangkan 27.039 diantaranya dinyatakan sembuh.
Dalam upaya memerangi pandemi tersebut, Iran telah meminta pinjaman Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 5 miliar dollar AS pada pertengahan Maret lalu, namun ditentang oleh Pemerintah AS yang merupakan pemegang saham terbesar di IMF. Meski demikian Iran bersikeras mendapat pinjaman dari lembaga internasional dan mendesak IMF untuk memberikan pinjaman ke negaranya yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi wabah virus corona (Covid-19).
Teheran belum pernah meminta bantuan IMF sejak awal 1960-an dan mengatakan butuh pinjaman uang karena mendesak dalam melawan virus corona. Pemerintah Iran pun menganggap upaya AS yang menentang pinjaman terhadap Teheran sebagai tindakan ‘terorisme medis.’
“Saya mendesak organisasi internasional untuk memenuhi tugas mereka … kami adalah anggota IMF … Seharusnya tidak ada diskriminasi dalam memberikan pinjaman,” kata Presiden Iran Hassan Rouhani dalam pertemuan kabinet yang disiarkan televisi, Rabu (8/4/2020) sebagaimana dilansir Russia Today.
Rouhani menegaskan bahwa pengenaan sanksi AS terhadap Iran di tengah pandemi adalah “terorisme ekonomi dan medis.”
Washington dalam membenarkan penentangannya terhadap permintaan Iran, mengklaim bahwa dana pinjama yang diajukan Teheran sebesar $ 5 miliar akan dialihkan dan digunakan “untuk membantu kelompok-kelompok proksi teroris mereka di Timur Tengah,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus kepada BBC Persia baru-baru ini.
AS adalah pemegang saham IMF terbesar dan memiliki banyak keputusan tentang apakah akan memberikan pinjaman kepada negara-negara yang sedang mengalami krisis.
Wall Street Journal melaporkan Washington akan menggunakan pengaruhnya di IMF untuk memblokir permintaan Iran dan juga mencegah Teheran memanfaatkan sekitar $ 5 miliar cadangan yang disimpan dalam rekeningnya IMF,.
Pemerintahan Trump telah mengejar ‘tekanan maksimum’ terhadap Iran, dan mengancam negara-negara di dunia, termasuk perusahan atau individu dengan sanksi bila melakukan bisnis dengan Teheran. Washington menyarankan Teheran untuk mendapatkan uang dalam memerangi pandemi dengan mengalihkan sebagian anggaran dari program pertahanan nasional.
Para pejabat Iran berharap bahwa anggota IMF lainnya akan menentang AS, yang – meskipun pengaruhnya – tidak memiliki hak veto dalam organisasi. “Sebenarnya ini adalah kebijakan IMF untuk penanganan yang adil dalam penilaian dan persetujuan permintaan,” kata Wakil Presiden Iran untuk Urusan Ekonomi Mohammad Nahavandian kepada Christiane Amanpour dari CNN.
“Iran telah menjadi anggota pendiri IMF, dengan catatan yang sangat bagus. Dan diharapkan badan internasional ini melakukan apa yang diharapkan. Permintaan itu sekarang sedang dalam proses. Banyak negara telah menyatakan dukungan mereka untuk ini,” tambahnya.
Menteri menunjukkan bahwa “kita semua berada di kapal yang sama” dengan ancaman pandemi, sehingga membahayakan kesehatan masyarakat Iran dengan menyangkal bailout akan merusak negara-negara lain juga. Beberapa pemain global secara terbuka mengkritik AS karena mempertahankan sanksi di tengah wabah koronavirus.
Sekutu Washington di Eropa, seperti Jerman, Prancis dan Inggris menggunakan mekanisme barter atau INSTEX untuk menghindari sanksi AS dalam mengirimkan pasokan medis ke Iran untuk pertama kalinya pada akhir Maret lalu.