SinarPost.com, Banda Aceh – Ketua Fraksi Partai Aceh (PA) Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Tarmizi (Panyang) mengapresiasi langkah-langkah cepat yang telah dilakukan Pemerintah Aceh dalam mencegah penularan virus corona (Covid-19) seperti meliburkan sekolah, instansi pemerintahan, hingga menutup tempat pariwisata dan melarang aktifitas keramaian.
Namun demikian, anggota DPRA asal Dapil Aceh Utara – Lhokseumawe ini menekankan agar semua pintu masuk ke Aceh baik di Bandara, Pelabuhan, hingga jalur darat agar lebih diperketat pengawasannya. Hal ini untuk mengantisipasi agar agar virus corona tidak “kecolongan” masuk ke Aceh.
Selain itu, lanjut Tarmzi, meski kita semua tidak mengharapkan virus corona sampai ke Aceh, namun Pemerintah Aceh juga harus siap dengan segala situasi, termasuk situasi terburuk jika suatu waktu melanda Aceh hingga sampai pada tahapan lockdown. Saat ini di Aceh belum ada kasus positif corona, namun menurut Tarmzi, Aceh tidak akan benar-benar aman selagi akses ke luar masuk ke Aceh masih dibuka. Oleh karena salah cara agar Aceh bebas dari corona dengan memperketat penjagaan dan pengawasan di semua akses pintu masuk.
“Kita berharap dan berdo’a kepada Allah SWT agar wabah corona tidak sampai ke Aceh. Meski demikian, mengingat penyebaran virus corona sangat cepat, kita tidak dapat memastikan bahwa Aceh akan benar-benar aman, karena ditahap awal virus ini sangat sulit terdeteksi apalagi menyebar melalui interaksi dari orang ke orang, yang mana orang terinfeksi ditahap awal tidak menyadari bahwa ia telah terinfeksi,” ujar Tarmizi, Kamis (19/3/2020).
“Karenanya kita pihak DPRA meminta Pemerintah Aceh untuk benar-benar memperketat pengawasan di setiap pintu masuk ke Aceh. Setiap orang yang masuk ke Aceh baik melalui pintu udara (Bandara), laut (Pelabuhan), maupun via darat di perbatasan Sumatera Utara, harus benar-benar dicek kesehatannya, suhu badannya, sehingga bila ada yang dicurigai terpapar corona langsung diisolasi,” tambah politisi Partai Aceh tersebut.
Disamping itu, Tarmizi juga meminta Pemerintah Aceh agar memikirkan “skenario terburuk” jika suatu waktu melanda Aceh dari ancaman Covi-19 ini, seperti lockdown. Bila ini terjadi, Aceh bukan hanya harus siap dari sisi tim keamanan dan medis, tapi juga masalah ketersedian stok pangan atau sembako, seperti beras dan lain sebagainya.
“Ketersedian stok pangan ini juga harus dipikirkan Pemerintah Aceh dari sekarang, sebelum hal terburuk terjadi. Apalagi ini sudah menjelang ramadhan. Beras dan sembako-sembako lainnya harus aman untuk masyarakat. Jangan sampai nanti kita menyelamatkan rakyat dari penyakit, malah meninggal akibat kelaparan. Ini harus dipikirkan karena tidak semua rakyat Aceh siap pada tahapan lockdown, karena banyak rakyat Aceh yang keluar sehari (mencari rezki) untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya,” demikian tegas Tarmizi, mengingatkan.