Oleh: Syawitri Rauziah
Bumi saat ini dalam kondisi tidak bersahabat. Berbagai peristiwa terjadi dihadapan kita, mulai dari kebakaran hutan yang hebat di Australia dipenghujung 2019 hingga awal tahun 2020, hingga konflik Iran-AS yang hampir pecahnya Perang Dunia III. Rentetan peristiwa tidak berhenti sampai disitu, pada Desember 2019, di Wuhan, China muncul virus baru yang tingkat penyebarannya sangat cepat, yaitu virus corona (Covid-19).
Pemerintah Tiongkok mengkonfirmasi adanya virus baru yang mulai mewabah sejak akhir Desember 2019, virus tersebut dinamai Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV) atau sering disebut COVID-19. Penyebab munculnya virus corona di Wuhan, China diduga bersumber dari hewan liar seperti ular dan kelelawar. Lantaran penyebaran virus ini sangat cepat dan mudah, kini virus corona tidak hanya di Wuhan, tetapi telah merambah ke hampir seluruh negara-negara di dunia, seperti Italia, Jerman, Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura, Iran, Indonesia, dan negara-negara lainnya.
Kini COVID-19 menjadi momok yang ditakuti dunia. Bagimana tidak, COVID-19 ini sangat mudah menular bahkan seseorang yang telah terjangkit virus ini walaupun tidak menunjukkan gejala, namun dapat menularkannya kepada orang lain. COVID-19 merupakan segerombolan virus yang menggrogoti sistem pernafasan. Pada khasus yang sudah ada, virus ini dapat menyebabkan infeksi pernapasan ringan seperi flu dan bahkan virus ini juga dapat menyebabkan infeksi pernapasan berat seperti infeksi paru-paru (pneumonia) sehingga para penderita virus ini merasa kesulitan untuk bernafas.
Memang ada yang pulih dari COVID-19 ini, namun juga tidak sedikit yang tidak mampu bertahan. COVID-19 ini bisa menyerang siapa saja. Baik itu bayi, anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia. Tapi memang resiko tertinggi terkena virus ini adalah orang dewasa-lansia yang memiliki riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan riwayat penyakit lainnya. Namun tidak dapat kita pungkiri, seseorang yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah juga sangat rentan sekali terkena virus ini baik itu bayi, anak-anak maupun remaja.
Coronavirus kini telah menjadi pandemik global karena penularannya yang telah melebar dan sangat mudah. Sehingga negara-negara yang terkena virus ini harus mengambil kebijakan untuk meminimalisir penularannya. Beberapa negara tersebut telah menerapkan kebijakan lockdown. Kebijakan ini diterapkan tentunya untuk meminimalisir laju penyebaran yang hingga saat ini masih terjadi. Ketika Coranavirus ini berkembang pesat dan memakan korban yang sangat banyak di Wuhan, Pemerintah China memberlakukan kebijakan lockdown. Jika suatu negara telah menerapkan lockdown, maka segala aktifitas menjadi sangat terbatas. Fasilitas umum mulai ditutup seperti transportasi umum, sekolah, perkantoran, bandara, dan tempat kegiatan publik lainnya terpaksa harus ditutup dan tidak diperkenankan untuk beraktivitas.
Setelah China menerapkan kebijakan lockdown tersebut, disusul oleh negara-negara yang juga terkena virus ini dengan tingkat korban dan kematian yang tinggi. Seperti di Italia yang menerapkan kebijakan lockdown setelah penyebaran Coronavirus di sana meningkat tajam dan ribuan orang mulai terjangkiti. Meskipun demikian, tidak semua negara yang terkena Coronavirus menerapkan kebijakan tersebut. Korea Selatan yang memilih untuk tidak memberlakukan kebijakan lockdown, mereka memilih untuk menerapkan kebijakan lain dalam upaya menekan angka korban Coronavirus.
Pada Senin, 3 Maret 2020 lalu, Presiden RI Joko Widodo mengkonfirmasi bahwa ada dua orang warga negara yang telah terinfeksi COVID-19. Menurutnya setelah ditelusuri, dua WNI yang terkena COVID-19 tersebut sempat kontak langsung dengan warga negara Jepang yang datang ke tanah air. Diduga warga negara Jepang tersebut telah terinfeksi COVID-19. Mengetahui hal ini tentu membuat sebagian warga negara Indonesia resah. Namun juga tidak sedikit yang meremehkan dan mengaggap enteng virus ini. Hari demi hari virus ini mulai menyebar luas di Indonesia dan ratusan orang positif terinfeksi dengan setiadaknya 20 orang lebih telah meninggal dunia.
Mengingat COVID-19 bukan suatu hal yang main-main, Pemerintah Indonesia akhirnya mengambil tindakan dengan miliburkan sekolah, universitas, dan instansi-instansi tertentu selama 14 hari mulai 16 maret sampai 31 maret. Preseden RI Joko Widodo menghimbau masyarakat Indonesia selama 14 hari tersebut belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan beribadah di rumah. Himbauan ini dilakukan guna untuk meredam laju penularan. Hal serupa juga pernah diterapkan oleh negara-negara lain yang juga terkena coronavirus, seperti Korea Selatan dan negara-negara lainnya.
Dengan diterapkannya hal yang demikian terbukti ampuh meredam penularan Coronavirus. Kenapa harus 14 hari? Karena 14 hari itu sangat penting dan dapat mengurangi laju penularan. Mengapa demikian? Karena ketika seseorang kontak dengan apapun yang dapat menginfeksinya dari COVID-19 harus mennggu sampai 14 hari. Jika tidak menunjukkan gejala apapun, maka orang tersebut aman. Itulah gunanya mengisolasi diri sema 14 hari tanpa kontak langsung dengan orang banyak. Ha ini akan berhasil jika disertai kepatuhan untuk tidak keluar rumah. Jikapun keluar, untuk hal-hal yang penting saja dan tidak dapat diwakilkan.
Sebagian orang mungkin sulit untuk melakukannya tapi ini semua bukan untuk kesehatan diri sendiri, tapi juga untuk kesehatan orang banyak. Bahwa sebagaimana yang telah disampaikan tadi, virus ini mampu menyebar sangat mudah dan cepat. Mengutip Achmad Yurianto, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia, melaporkan jumlah orang yang positif virus corona di Indonesia per 18 maret 2020 pukul 12:00 WIB sebanyak 227 warga Indonesia dinyatakan positif corona. Dari apa yang telah beliau sampaikan, terlihat penambahan jumlah korban cukup signifkan. Angka penularan dan kematianpun yang kian bertambah, amat sangat dibutuhkan kerja sama dan kekompakan untuk tetap dirumah saja.
Jangan menyalah gunakan kebijakan pemerntah yang meliburkan sekolah, universitas, dan perkantoran untuk dijadikan moment jalan-jalan dan nongkrong di warung kopi. Diliburkan bukan untuk liburan tapi diliburkan untuk saling menjaga dan memutus rantai penularan. Selama dirumah, kita saling pantau, jika ada yang menunjukkan gejala, bisa langsung ke rumah sakit untuk segera ditangani agar virusnya tidak menyebar luas. Mari mengisolasi diri di rumah untuk diri sendiri dan orang lain. Jika kita kompak, punya kesadaran yang sama untuk sama-sama menjaga, mengikuti seruan dan kebijakan pemerintah, insya Allah Indonesia akan mampu melawan wabah corona. Semoga!
*Penulis merupakan mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Email: syawitrirauziah@gmail.com