SinarPost.com, Banda Aceh – Menyongsong era digitalisasi sepeti saat ini, Pemerintah Aceh di harapkan mampu bersaing dalam bisnis industri 4.0. Hal itu mencuat dalam diskusi publik yang diadakan lembaga DNA Creative dengan tema “Aceh Dalam Pusaran Revolusi Industri 4.0” di 3in1 Coffe, Banda Aceh.
“Diskusi ini sebagai pemantik awal untuk generasi milenial Aceh agar akrab dengan industri 4.0 yang saat ini kita jalani,” ungkap Teuku Muzwari Irza selaku Inisiator diskusi.
Menurutnya, kegiatan ini sebagai bentuk kampanye kepada kaum milenial Aceh untuk mulai menyesuaikan diri dengan revolusi indsutri digital yang sedang digaungkan oleh dunia.
“4.0 tidak semata-mata bicara bisnis startup, tapi mencakup semua lini. Sehingga, kita siap dan mampu bersaing secara global baik secara teknologi, ekonomi, maupun lainnya yang sarat nilai tawar,” tegasnya.
Diskusi tersebut, turut hadir sebagai narasumber Wiratmadinata mewakili Pemerintah Aceh, Ketua Komisi V DPR Aceh M Rizal Falevi Kirani, Haekal Afifa selaku Aktivis Kebudayaan serta Rahmat Hasbi sebagai member Inovator 4.0 Indonesia.
Salah satu narasumber, Wiratmadinata mengatakan bahwa Pemerintah Aceh sedang menyiapkan diri secara intens untuk menyongsong revolusi industri 4.0 baik dari sisi pelayanan maupun kebijakan.
“Pemerintah Aceh sudah mulai menyesuaikan dan menyiapkan diri untuk menyambut era industri 4.0, dan kita butuh semua pihak untuk bisa beriringan mendukung langkah-langkah ini,” ujar Juru Bicara Pemerintah Aceh.
Menurutnya, Aceh sebagai salah satu provinsi di ujung barat Sumatera sudah lebih dulu memulainya dengan integrasi data sebagai bagian dari perwujudan Aceh menjadi Smart Province ke depan.
“Kita sudah lama melakukan integrasi data (big data) yang terpusat disatu server sehingga akan lebih memudahkan pelayanan pemerintah,” ungkap Wira.
Para peserta terlihat atunsias mengikuti diskusi publik tersebut, dan berharap agar wacana serta dialetika terkait industri 4.0 bisa terus dilaksanakan sebagai bentuk sosialisasi dan kampanye bagi generasi millenial Aceh.
“Seharusnya diskusi-diskusi seperti ini diperbanyak, agar kami sebagai generasi Millenial lebih paham dampak positif dan negatif dari industrialisasi digital serta mampu keluar dan bersaing dengan tatanan global,” ujar Putri Lestari, salah satu Mahasiswi yang iku hadir.[]