SinarPost.com, Jakarta – Wabah virus corona yang menyerang China membuat seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia waspada tingkat tinggi. Untuk menghindari penyebaran virus tersebut, Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah preventif hingga memutus penerbangan sementara waktu dari dan ke China serta perjalanan via laut.
Selain menghentikan akses perjalanan manusia, Indonesia juga menghentikan sementara impor hewan hidup dari China. Penghentian impor hewan hidup karena virus corona memang memiliki karakteristik zoonotik, artinya virus tersebut dapat ditransmisi dari hewan ke manusia.
Terlepas dari hal tersebut, ternyata selama ini Indonesia bukan hanya mengimpor barang-barang elektronik, makanan dan minuman, kebutuhan medis, tapi juga mengimpor berbagai jenis hewan hidup, termasuk ular dan kura-kura. Untuk apa?
Dilansir CNBC Indonesia, Rabu (5/2/2020) yang mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, Indonesia mengimpor berbagai macam hewan hidup asal China senilai US$ 369.091. Angka impor hewan hidup Indonesia dari China memang tergolong kecil dari total keseluruhan impor mencapai US$ 45,5 miliar. Dengan kata lain impor hewan hidup Indonesia dari China hanya 0,0008% saja.
Meski angkanya kecil, yang namanya impor tetap lah impor. Dan Indonesia ternyata bukan hanya bergantungan pada barang-barang pokok yang belum bisa diproduksi dalam negeri, namun juga bergantungan pada hewan hidup yang berkeliar di sekeliling masyarakat Indonesia seperti ular dan kura-kura.
Selain ular dan kura-kura, hewan hidup lainnya yang diimpor dari China adalah primata, mamalia, hingga ikan hias. Impor terbesar hewan hidup asal China adalah impor hewan reptil yang mencapai 11,7 ton senilai US$ 120.444. Namun secara nominal impor terbesar hewan hidup asal China adalah impor primata yang mencapai US$ 205.730.