SinarPost.com, Washington – Pasukan Turki terlibat bentrok mematikan dengan tentara rezim Suriah di wilayah Idlib. Pasukan Surian mencoba memukul mundur para teroris di wilayahnya itu, namun naas pos pengamatan Turki yang selama ini mengontrol sebagian wilayah Idlib yang dikuasai pemberontak ikut menjadi target serangan.
Pasukan rezim Suriah menyerang posisi pasukan Turki di Idlib pada hari Senin lalu yang mendukung pemberontak Suriah. Serangan itu menewaskan 5 tentara Ankara dan melukai beberapa tentara lainnya. Turki kemudian membalas dengan membombardir puluhan target tentara Suriah menggunakan pesawat tempur F-16.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan pasukan Ankara menyerang 54 target di Idlib dan menewaskan 76 tentara pemerintah Suriah. Sementara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan rezim Suriah yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad harus menanggung konsekuensi atas serangan yang menewaskan lima tentara Ankara.
“Tentu saja, akan ada konsekuensi bagi rezim,” katanya kepada wartawan dalam penerbangan pulang dari Ukraina pada hari Selasa. “Saya percaya operasi ini adalah pelajaran yang berat, tetapi kami tidak akan berhenti di situ, kami akan melanjutkan dengan tekad yang sama,” kata Erdogan.
Atasi Eskalasi
Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Selasa menyatakan Turki dan Rusia dapat menyelesaikan perbedaan dalam konflik di Idlib, Suriah, tanpa kemarahan. Pernyataan itu muncul setelah meningkatnya kekerasan yang mengancam kerja sama antara Moskow dan Ankara. Seperti diketahui, Rusia merupakan salah pendukung utama rezim Suriah yang dipimpin Bashar al-Assad.
Serangan oleh pemerintah Suriah yang menewaskan sejumlah tentara Turki pada Senin (3/2) menjadi tantangan terbesar dalam hubungan Rusia dan Turki sejak kesepakatan 2018 untuk meredam pertempuran di wilayah Idlib, Suriah.
Erdogan menyatakan pada pasukan Rusia agar menyingkir saat Turki menyerang puluhan target sebagai pembalasan. Moskow dan Ankara kemudian berargumen terkait apakah Turki harus memberi tahu Rusia jika mengirim personil tambahan ke Idlib.
“Tak perlu bagi kita untuk terlibat dalam konflik atau kontradiksi serius dengan Rusia pada tahap ini,” ungkap Erdogan saat dalam penerbangan dari Ukraina.
“Kami akan duduk dan membahas segalanya. Tidak dengan marah, tentunya. Karena mereka yang duduk dengan marah, berdiri dengan rugi,” papar Erdogan, dilansirReuters.
Rusia mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perang di Suriah dan Turki mendukung pemberontak yang bertujuan menggulingkan Assad.
Pengamat menyatakan hubungan kedua negara itu akan selamat meski tetap ada risiko di Suriah. Turki yang telah menampung 3,6 juta pengungsi khawatir serangan udara Rusia dan tentara Suriah dapat mengirim jutaan pengungsi baru menuju perbatasannya.