SinarPost.com, Washington – Sebagai negara adidaya, Pemilu Amerika Serikat (AS) tentu menjadi sorotan dunia. Meski Pemilu Pemilihan Presiden AS akan berlangsung pada akhir 2020 mendatang, namun desas-desus politik di negara yang menasbihkan diri sebagai ‘polisi dunia’ ini telah kental diperbincangkan. termasuk sosok-sosok bakal calon presidennya.
Salah satu yang banyak diperbincangkan oleh media-media ternama di dunia adalah Michael Bloomberg. Mantan Wali Kota New York ini disinyalir akan menjadi salah satu penantang calon incumbent, Donald Trump. Meski nama Michael Bloomberg tidak setenar Donald Trump dan Joe Biden, dalam kancah Pemilu Presiden AS, namun sosok politisi kelahiran 1942 ini patut diperhitungkan.
Michael Bloomberg merupakan salah satu miliader ternama di AS. Ia adalah pendiri perusahaan raksasa Bloomberg L.P, dan diprediksi akan habis-habisan bertarung untuk menjadi orang nomor satu di negara adidaya itu.
Perusahaan pelacakan iklan Advertising Analytics melaporkan, politisi Partai Demokrat tersebut rela merogoh kocek hingga USD117,8 juta untuk iklan pencalonan dirinya menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) di Televisi, Facebook, Google dari 25 November hingga 22 Desember 2019. Artinya Michael Bloomberg menghabiskan uang USD4,1 juta atau setara Rp58 miliar per hari untuk mewujudkan keinginannya itu. Kalau dilihat dari sisi mata uang negara kita, Rupiah, angka tersebut tentu jumlah yang sangat fantastis.
Dana kampanye bos media ini tergolong sangat besar. Sebagai perbandingan, jumlah uang untuk iklan saja dari gabungan empat kandidat calon presiden unggulan AS lainnya sebesar USD130,7 juta hingga akhir September. Keempat kandidat calon presiden ini adalah Joe Biden (mantan wakil presiden), Bernie Sanders, Elizabeth Warren, dan Pete Buttigieg. Selain iklan, mereka menghamburkan uang untuk menggaji staf, biaya perjalanan, dan upaya penjangkauan pemilih.
Michael Bloomberg menargetkan pemilih secara nasional dalam iklan kampanyenya melalui berbagai saluran media ternama. Hal ini lantaran dirinya agak terlambat memulai kampanye dibandingkan para pesaingnya. Menurut laporan Washington Examiner, kampanye besar-besaran tersebut adalah bagian dari strategi Michael Bloomberg untuk mengalahkan empat kandidat calon presiden dalam persaingan mereka di Iowa, New Hampshire, Nevada, dan South Carolina.
Sejauh ini, Bloomberg telah melihat keberhasilan dalam polling. Beberapa jajak pendapat utama nasional baru-baru ini mencatat Bloomberg meraih dukungan 4%-7%. Sedangkan dalam jajak pendapat nasional RealClearPolitics, dia meraih dukungan rata-rata 5,5%. Strategi yang dijalankan Bloomberg ini sebelumnya telah berhasil dilakukan kandidat lain dalam sejarah Pemilu AS sejarah, termasuk Presiden Donald Trump, yang sangat bergantung pada media yang diterima daripada iklan berbayar.
Biografi Michael Blomberg
Michael Rubens Bloomberg (Michael Bloomberg) adalah pendiri Bloomberg L.P. Ia termasuk multi miliarder dan mantan Wali Kota New York City dari 2002 sampai 2014. Ia adalah mitra umum di Salomon Brothers sebelum mendirikan perusahaan layanan perangkat lunak finansial tahun 1981. Bloomberg adalah seorang Yahudi yang leluhurnya adalah orang Yahudi-Rusia.
Dikutip dari Wikipedia, Michael Bloomberg adalah seorang miliarder kelahiran 14 Februari 1942 di Brighton, Massachusetts, Amerika Serikat. Pada tahun 2019, ia memiliki kekayaan sebesar 55,6 miliar USD. Bloomberg merupakan lulusan Sekolah Bisnis Universitas Harverd tahun 1966, juga pernah kuliah di Johns Hopkins dan lulus pada 1964.
Pengusaha sekaligus politikus ini adalah anggota Partai Demokrat selama beberapa tahun, namun kemudian berpindah ke Partai Republik pada tahun 2001, dan dalam partai inilah ia menjadi Wali Kota di New York untuk peride pertamanya. Pada tanggal 19 Juni 2007, Michael Bloomberg meninggalkan Partai Republik sebagai calon independen.
Donasi Rp 26 Triliun untuk Pendidikan
Michael Bloomberg telah mencatatkan namanya di dunia pendidikan di negaranya. Hal lantaran ia pernah mendonasikan uang dengan jumlah yang sangat fantastis, yaitu senilai US$1.8 miliar atau sekitar Rp26 triliun kepada Johns Hopkins University. Dana itu ditujukan untuk membantu biaya kuliah bagi mahasiswa berbakat dari kalangan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah dan mengalami kesulitan keuangan.
“Ini akan membuat biaya masuk ke Hopkins menjadi selamanya tanpa pandang bulu. Keuangan tidak bakal menjadi faktor dalam membuat keputusannya,” kata Bloomberg dalam artikel yang ditulis dipublikasikan di mediaNew York Timesseperti dikutipUSA Todaypada Senin (19/11/2018) lalu. Ini merupakan sumbangan terbesar untuk pendidikan dalam sejarah lembaga pendidikan di AS. Bloomberg sendiri pernah berkuliah di Johns Hopkins dan lulus pada 1964.