SINARPOST.COM, TEHERAN – Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Mohammad Javad Zarif mengancam negaranya akan mengambil langkah lain untuk mengurangi kepatuhannya terhadap perjanjian nuklir yang disepakati tahun 2015, namun Zarif tidak merinci langkah seperti apa yang akan diambil oleh Pemerintah Iran. Demikian diberitakan Reuters, pada Sabtu (3/8/2019) mengutip kantor berita parlemen ICANA.
Iran telah berulang kali mengatakan akan mengurangi komitmennya terhadap perjanjian nuklir secara bertahap dan bahkan mungkin menarik diri dari pakta tersebut kecuali jika para penandatangan yang tersisa menemukan cara untuk melindungi ekonominya dari sanksi sepihak Amerika Serikat (AS).
“Langkah ketiga dalam mengurangi komitmen untuk (perjanjian nuklir) akan dilaksanakan dalam situasi saat ini. Kami telah mengatakan bahwa jika (kesepakatan) tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh orang lain maka kami juga akan mengimplementasikannya dengan cara yang sama. Dan tentu saja semua tindakan kita berada dalam kerangka (kesepakatan),” tegas Menlu Iran, Javad Zarif.
Bulan lalu, Iran mengancam akan memulai kembali sentrifugal yang dinonaktifkan dan meningkatkan pengayaan uranium hingga di atas 20% sebagaimana yang disepakati dari kesepakatan nuklir.
Para pejabat Iran telah mengatakan bahwa semua langkah Teheran dalam mengurangi komitmennya terhadap perjanjian nuklir dapat dibalikkan selama penandatangan yang tersisa menegakkan komitmen mereka.
Kekhawatiran akan perang Timur Tengah dengan reaksi global telah meningkat sejak Presiden AS Donald Trump menarik diri tahun lalu dari kesepakatan 2015 dan menghidupkan kembali sejumlah sanksi yang dimaksudkan untuk mendorong Teheran ke dalam konsesi keamanan yang lebih luas.
Seperti diketahui, Washington menarik diri secara sepihak dari kesepakatan nuklir Iran pada Maret 2018. Kemudian kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran, termasuk memangkas ekspor minyak Iran ke titik nol. Langkah sepihak AS tersebut membuat kesabaran pemimpin Iran marah, hingga setahun kemudian mulai mengurangi komitmennya terhadap perjanjian itu dengan melakukan pengayaan uranium ke level yang lebih tinggi dari yang disepakati dari perjanjian 2015.
Bahkan AS dan Iran terus bersitegang hingga kedua negara itu terancam terlibat perang terbuka. Beberapa bulan lalu, AS dibawah kepemimpinan Donald Trum juga telah mengirim kekuatan militernya ke Teluk Persia dalam skala besar. Ketegangan kedua negara tersebut berada di titik nadi saat Iran menembak jatuh pesawat siluman tanpa awak AS di atas Selat Hormuz, hingga Trump memerintahkan serangan terhadap Iran, namun 10 menit jelang serangan dimulai Trump membatalkankannya.
Amerika Serikat pada Rabu kemarin juga menjatuhkan sanksi pada Zarif sendiri, memblokir properti atau kepentingan apa pun yang dimilikinya di Amerika Serikat, meskipun Zarif mengatakan ia tidak memilikinya.
Dalam sebuah acara amal pada Jumat malam seperti dilaporkan IRIB, Zarif mengatakan bahwa dia bangga mendapat sanksi dari Amerika karena membela hak-hak rakyat Iran.