SINARPOST.COM, BANDA ACEH | Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh melakukan kegiatan Forum Grup Diskusi (FGD) tentang penyampaian visi-misi Prodi baru Kajian Sastra dan Budaya yang berlangsung di Aula Majelis Adat Aceh (MAA), Rabu (10/7/2019).
Kegiatan tersebut dihadiri 24 orang pakar dan tokoh yang berkecimpung di bidang Sastra dan Budaya, diantaranya Guru Besar UIN Ar-Raniry Prof. Drs. Yusni Saby, Ph.D, Guru Besar Unsyiah Prof. Dr. Darwis A. Sulaiman.
Kemudian mantan Ketua MAA Badruzzaman, M.Hum, perwakilan dari Disbubpar Aceh, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lota Banda Aceh, BPNB, Dosen Unsyiah dan UIN Ar-Raniry, serta sastrawan dan budayawan seperti Fauzan Santa, Medya Hus, T.A Sakti dan Lain sebagainya.
Rektor ISBI Aceh Dr. Mirza Irwansyah, MBA, MLA dalam sambutannya menyampaikan sejauh mana Prodi baru Kajian Sastra dan Budaya relevan terhadap pendidikan di Aceh.
Dia berpesan agar sastra dan budaya di Aceh harus dijaga, karena menurutnya, kita hanya meminjamnya. “Aceh yang kaya dengan voklor belum ada program studi S1 yang menyentuh dengan sastra dan budaya,” sebut Rektor ISBI Aceh.
“Prodi Seni sudah ada 6 di ISBI. Sementara Sastra dan Budaya belum ada. Untuk itu kita mebutuhkan Prodi ini. Melalui prodi kajian sastra dan budaya, nantinya kearifan lokal sastra dan budaya di Aceh dapat di jaga dan dikaji lebih mendalam,” tambanya.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor ISBI Aceh sangat mengharapkan dukungan peserta FGD seluruhnya untuk dapat memberi dukungan berupa saran dan masukan baik untuk terbentuknya dan setelah terbentuknya Program Studi Kajian Sastra dan Budaya.
“Dan kedepannya, Prodi lain juga akan menjadi fokus ISBI selanjutnya, seperti design interior, kulinari, fashion. Yang keseluruhan prodi tersebut menjadi motor dalam menjaga sastra, budaya dan kesenian Aceh,” paparnya.
Dr. Mirza Irwansyah juga mengharapkan, meski teknologi sedang dikampanyenkan secara global, namun melalui ISBI Aceh, dapat menyeimbangkan teknologi tersebut dengan industri ekonomi kreatif.
Sementara itu, Wakil Rektor bidang Akademik ISBI Aceh Drs. Yusri Yusuf, M.Pd menyampaikan materi tentang visi-misi Prodi Kajian Satra dan Budaya.
Pada kesempatan tersebut, Yusri Yusuf menyampaikan bahwa ISBI Aceh sudah 5 tahun berdiri, dan baru memiliki lima prodi seni, yakni Prodi Seni Rupa Murni, Seni Kriya, Seni DKV, Seni Karawitan/ Musik, Seni Tari, dan Seni Teater.
“Sedangkan Prodi Sastra dan Budaya belum dimiliki ISBI, sehingga ISBI menjadi cerobong membangun peradaban berbasis seni dan budaya di Aceh,” harapnya.
Menurut Yusri, Aceh tidak terlepas dari sastra, itu dapat dibuktikan dengan pendidikan anak oleh orang tua sejak bayi dengan syair “doda idi-nya”. karena itu dia memaparkan pentingnya dibuka Prodi Sastra dan Budaya untuk menjadi sayap kedua agar ISBI seimbang, dimana sayap pertama ISBI adalah Seni.
Yusri menuturkan, Prodi Sastra dan Budaya akan dikembangkan lagi menjadi fakultas ke depannya. Dia menaruh harapan besar akan langkah tersebut mengingat panitia yang terlibat dalam penyusunan prodi itu adalah para anak muda yang berlatar belakang keilmuan Sastra dan Budaya.
“Mereka telah bekerja selama 6 bulan untuk pembukaan prodi baru ini dan telah menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, akan tetapi dukungan dan masukan tentang visi dan misi sangat diharapkan dari semua yang hadir pada hari ini, agar segala sesuatu ke depannya yang menyangkut dengan prodi ini akan menjadi tanggung jawab kita bersama demi kemajuan ISBI sebagai kampus Seni dan Budaya di Aceh, dan demi kemajuan keilmuan sastra dan budaya Aceh dikemudian hari,” pungkasnya. [Rel]