SINARPOST.COM, AS | Amerika Serikat (AS) telah menyerukan pertemuan darurat pengawas nuklir PBB setelah Iran meningkatkan persediaan uranium melebihi batas kesepakatan nuklir 2015. Itu merupakan badan yang sama yang laporannya tentang kepatuhan Iran terkait perjanjian nuklir diabaikan oleh Washington selama bertahun-tahun.
“Komunitas internasional harus meminta pertanggungjawaban rezim Iran,” kata Duta Besar AS untuk Organisasi Internasional, Jackie Wolcott dalam sebuah pernyataan yang menyerukan pertemuan khusus Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk membahas mengenai laporan terbaru terkait program nuklir Iran.
“Amerika Serikat sangat mendukung IAEA dan upaya verifikasi di Iran,” lanjut pernyataan itu, seperti dilansir Russia Today.
Dukungan terhadap IAEA tergolong baru bagi AS. Sebelumnya pemerintahan Trump telah mengabaikan laporan IAEA selama bertahun-tahun yang menyatakan bahwa Pemerintah Iran mematuhi ketentuan-ketentuan perjanjian nuklir 2015. AS kemudian menarik diri dari kesepakatan itu secara sepihak pada Mei 2018 lalu, dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran dengan tuduhan teheran melanggarnya.
Saat itu, AS mencemooh Badan energi Atom Internasional (IAEA), yang telah mengkonfirmasi kepatuhan Iran dengan kesepakatan setiap tiga bulan di bawah apa yang disebutnya “rezim verifikasi nuklir paling kuat di dunia. Presiden AS mendukung PM Israel Benjamin Netanyahu yang menuduh Iran yang akan memiliki senjata nuklir dalam beberapa bulan kedepan, sejak dikembangkan awal 1990-an.
Netanyahu, yang oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Javad Zarif menyebutnya “bocah serigala,” menyatakan ia memiliki bukti bahwa Iran berbohong tentang membangun senjata nuklir ketika memasuki perjanjian yang disepakati antara Iran dan lima kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggri, China, Prancis, plus Jerman) pada 2015 silam.
Iran pada Senin kemarin menyatakan telah melampaui batas 300 kg uranium yang diperkaya berdasarkan kesepakatan dan bahwa langkah selanjutnya adalah memperkaya uranium di atas kemurnian fisil 3,67 persen. Hal ini dibenarkan oleh IAEA pada hari yang sama bahwa persediaan uranium Iran telah melebihi ketentuan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Peningkatan uranium dilakukan Iran menanggapi sanksi sepihak AS.
Menlu Iran, Javad Zarif berjanji untuk terus membatalkan ketentuan-ketentuan yang disepakati itu sampai mitra Iran dalam perjanjian merealisasikan janji-janjinya.
Sementara Inggris, Jerman, dan Perancis telah meluncurkan sistem pembayaran INSTEX pekan lalu, yang memungkinkan perdagangan makanan dan obat-obatan, namun nagara-negara Eropa tersebut belum mampu menghindari sanksi AS yang telah mencekik ekonomi Iran. Teheran mengecam sistem tersebut karena tidak mencakup penjualan minyak.
Pemerintahan Trump secara historis juga mengalami kesulitan berurusan secara rasional dengan program nuklir Iran. Awal pekan ini Trump menyatakan bahwa Teheran telah melanggar ketentuan perjanjian nuklir “bahkan sebelum keberadaan perjanjian 2015 itu.” Sebelum keluar dari kesepakatan nuklir Iran, Trump secara rutin juga mengutuk perjanjian tersebut dengan menyebut sebagai “kesepakatan terburuk” atas kebijakan luar negeri pendahulunya, Barack Obama.